Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Baru Keluar Rumah Sakit, Jenderal Soedirman Pimpin Perang Gerilya Meski Ditandu

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Selasa, 27 Juni 2023 |08:24 WIB
Baru Keluar Rumah Sakit, Jenderal Soedirman Pimpin Perang Gerilya Meski Ditandu
Jenderal Soedirman pimpin perang gerilya meski harus ditandu. (Ist)
A
A
A

JAKARTA - Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya melawan tentara Belanda, meski harus ditandu pada agresi militer II pada 19 Desember 1948. Saat itu, Jenderal Soedirman baru saja keluar dari rumah sakit lantaran sakit paru-paru yang dideritanya.

Dalam buku Biografi: Jenderal Soedirman, penyakit paru-paru yang dideritanya karena sejak remaja, Soedirman perokok berat. Rokok Soedirman keretek tak bermerek. Disebutnya tingwe alias nglinthing dewe, yang artinya "meramu sendiri”.

Kebiasaan mengisap tembakau membuat Soedirman mengalami gangguan pernapasan. Kesehatannya perlahan semakin menurun sejak pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, Jawa Timur, pada 1948.

Putra bungsu Soedirman, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, mendapat cerita itu dari ibunya, Alfiah, pada akhir September 1948, Soedirman mengeluh tak bisa tidur selama di Madiun. JIa begitu terpukul melihat pertumpahan darah di antara rakyat Indonesia.

Peristiwa Madiun membuat batin Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia ini nelangsa. Selain kelelahan berat, batin Soedirman tertekan karena peristiwa itu.

Malam itu, kondisi kesehatan Soedirman menurun. Namun, ia tetap mandi dengan air dingin. Sang istri menyarankannya agar mandi air hangat, tapi tak didengarnya. Ia terkapar di tempat tidur.

Kendati sakit, kegemarannya merokok tetap tak bisa ia hilangkan. Sesekali, sembari terbaring, Soedirman mengisap rokok kretek. Istrinya hanya diam melihat hal itu, tak berani melarang.

Tim dokter tentara mendiagnosis Soedirman menderita tuberkulosis, infeksi paru-paru. Tak percaya akan hasilnya, keluarga meminta pemeriksaan ulang oleh dua dokter tentara senior, Asikin Wijayakusuma serta Sim Ki Ay. Jawabannya pun sama dengan observasi pertama. Soedirman lalu dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Bekas ajudan Soedirman, Soegiri berpendapat, obat yang dibutuhkan atasannya hanya ada di Jakarta. Untuk sampai Yogyakarta, obat itu harus diboyong melalui jalur penyelundupan. Di sisi lain, Soedirman butuh penanganan segera.

Tim dokter akhirnya memutuskan operasi penyelamatan dengan membuat satu paru-parunya tak berfungsi. Usai operasi itu, menurut Soegiri, tim dokter berbohong kepada Soedirman. Mereka mengatakan operasi itu cuma mengangkat satu organ kecil di paru-paru yang menghambat saluran pernapasan.

Sementara kata Teguh, dokter memberitahukan ibunya perihal operasi itu. Sejak itu Soedirman bernapas hanya dengan separuh paru-paru.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement