Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

5 Fakta Kisah Pilu Korban TPPO di Myanmar, Dipukul hingga Disetrum

Irfan Ma'ruf , Jurnalis-Selasa, 27 Juni 2023 |06:07 WIB
5 Fakta Kisah Pilu Korban TPPO di Myanmar, Dipukul hingga Disetrum
WNI korban TPPO di Myanmar (Foto : Tangkapan layar)
A
A
A

WARGA Negara Indonesia (WNI) Panji Apriyana bersama 25 orang lainnya menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar. Mereka mengalami beragam penyiksaan hingga hampir meregang nyawa.

Berikut ini sejumlah fakta terkait peristiwa keji tersebut:

1. Tidak Menyangka Bisa Selamat

Panji dan 25 rekannya diselamatkan Satgas TPPO Polri dari perbudakan yang dialaminya di Myanmar. Dia mengaku tidak menyangka dapat kembali ke Indonesia setelah mengalami kekejaman para pelaku.

“Senang banget bahkan enggak nyangka kita 26 orang masih bisa diselamatkan. Senangnya enggak bisa diungkapin,” kata Panji dalam program khusus iNews, dikutip pada Senin (26/6/2023).

“Enggak nyangka kita bisa pulang ke rumah masing- masing. Di dalam pikiran, kita dijual enggak akan kita bisa pulang lagi,” tuturnya.

2. Kerja Tanpa Dibayar

Rasa bahagia dapat kembali ke rumah itu disampaikan Panji setelah mengingat kembali masa-masa menjalani hari-hari penuh siksaan di Myanmar. Dia bersama 25 rekannya ditempatkan di sebuah kawasan untuk bekerja tanpa dibayar dan di bawah siksaan pada kelompok kejahatan scamming.

Panji dan rekan-rekannya yang menjadi korban TPPO dipaksa mencari minimal 30 nomor telepon warga negara Amerika dalam jangka waktu satu minggu.

3. Dipukul hingga Disetrum

Jika Panji dan rekan-rekannya tidak mencapai target, Panji dan rekan-rekannya akan mengalami penyiksaan mulai dari pemukulan menggunakan besi, paralon, hingga disetrum.

“Kita disiksa ala militer. Kepala di bawah paling lambat 15 menit. Tidak kehitung kita melakukan itu. Setiap Sabtu dan Minggu semua itu pasti disiksa,” katanya.

Selain sikap penyesalan, ada penyiksaan lompat katak dengan jarak dua kali putar lapangan basket dan jalan itik 10 putaran. Penyiksaan itu dialaminya setiap minggu dan terus terjadi hingga akhirnya dia dan rekan-rekannya pulang ke Indonesia.

“Ini bekas siksaan bolong di bagian tangan bulan Januari disetrum. Di perut juga, dua lubang seperti digigit ular gitu,” katanya.

4. Tidak Boleh ke Toilet

Saat Panji atau rekannya bekerja sempat memejamkan mata atau tertidur walau hanya satu menit langsung disiksa dengan cara dipukul atau disetrum.

Selain tertidur hanya sekejap, saat bekerja Panji dan rekan-rekannya tidak diperbolehkan ke kamar toilet terlalu sering. Meski pun benar mengalami sakit perut akan dituduh tertidur dan langsung disetrum.

“Kalau bolak-balik ke toilet atau kelamaan. Di toilet itu juga disetrum padahal perut saya sedang enggak enak,” ujarnya.

5. Nyaris Meninggal Dunia

Ada satu peristiwa dirinya nyaris tewas dalam penyiksaan di dalam camp tersebut. Dia mengalami kejang. Bruntung dapat diselamatkan oleh rekannya dengan dibawa ke Rumah Sakit.

“Kejang hingga mengigit lidah, badan kaku semua, kaki udah ngerapet semua. Saya ditolong Bang Iwan ke kamar saya dibawa ke dokter China. Saya disuntik seklai, infus 4, dikasih obat baru saya bisa sadar,” jelasnya.

Dia mengaku peristiwa tersebut membuat dirinya mengalami trauma psikis hingga tak percaya dapat kembali pulang ke Indonesia dan bertemu kembali dengan keluarga.

“Saya enggak percaya bisa pulang saya enggak percaya dia ngajak ngomong saya,” tuturnya.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement