Militer Israel mengatakan pasukannya menyerang sebuah bangunan yang berfungsi sebagai pusat komando bagi para pejuang dari Brigade Jenin dalam apa yang digambarkan sebagai upaya kontraterorisme ekstensif di Tepi Barat.
Hingga bulan lalu, ketika melakukan serangan pada 21 Juni di dekat Jenin, militer Israel tidak menggunakan serangan pesawat tak berawak di Tepi Barat sejak 2006. Namun meningkatnya skala kekerasan dan tekanan pada pasukan darat membuat taktik semacam itu dapat berlanjut. kata seorang juru bicara militer.
"Kami benar-benar tegang," katanya kepada wartawan. "Itu karena skalanya. Dan sekali lagi, dari persepsi kami, ini akan meminimalkan gesekan," katanya, seraya mengatakan serangan itu didasarkan pada "intelijen yang tepat".
Namun, skala serangan itu menggarisbawahi pentingnya Jenin dalam kekerasan yang telah melonjak di Tepi Barat yang diduduki selama lebih dari setahun.
Ratusan pejuang dari kelompok militan termasuk Hamas, Jihad Islam dan Fatah bermarkas di kamp pengungsi, dipersenjatai dengan serangkaian senjata yang diselundupkan ke Tepi Barat atau dicuri dari pasukan Israel, dan gudang alat peledak yang terus bertambah.
Serangan pada Senin melibatkan pasukan "seukuran brigade", kata juru bicara itu. Menurutnya, serangan itu dimaksudkan untuk menghilangkan pola pikir bahwa kamp pengungsi menjadi tempat berlindung yang aman bagi para militan.