Dalam hidupnya, Kwee Tang Kiam pernah berduel dengan salah satu Jawara Betawi yang bernama Bil Ali dan dikalahkan.
Walaupun kalah, antusiasme warga setempat untuk belajar dari Kwee Tang Kiam tidak pernah surut dan makin bertambah dari hari ke hari.
Kwee Tang Kiam kemudian hari memeluk agama Islam dan menetap di kampungnya sampai meninggal dunia. Salah satu muridnya terus menurunkan ilmunya kepada anak cucunya. Pada 27 September 1952, salah seorang keturunan dari murid Kwee Tang Kiam yang bernama H. Moch Zaelani melestarikan ilmu silat Kwee Tang Kiam dengan mendirikan perguruan Pencak Silat yang dinamakan “Mustika Kwitang”.
Kehebatan ilmu silat Kwitang pernah disegani dan diakui masyarakat kala itu. Saking terkenalnya, dalam novel berjudul Nyai Dasima (1896), dikisahkan Nyai Dasima dibunuh oleh seorang jago silat asal Kwitang. Di tempat ini juga berdiri perguruan Silat Mustika Kwitang yang melahirkan atlet-atlet berbakat. Mereka berkali-kali berlaga dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).
Sementara itu, sejak tahun 1980, kawasan tersebut mulai dikenal engan kawasan berjualan buku bekas. Meski kini banyak pedagang buku pindah ke wilayah lain seperti Blok M Square dan Thamrin City, Kwitang masih menjadi jawara pasar buku bekas di Jakarta.
(Rani Hardjanti)