Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gus Yahya: NU dari Dulu Tidak Pernah Minta Jabatan!

Danandaya Arya putra , Jurnalis-Jum'at, 11 Agustus 2023 |20:13 WIB
Gus Yahya: NU dari Dulu Tidak Pernah Minta Jabatan!
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf menegaskan NU tidak pernah minta jabatan (Foto : MNC)
A
A
A

JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan sepanjang NU berdiri, pihaknya tidak pernah meminta jabatan kepada pihak tertentu. Sebab NU akan selalu istikhomah memperjuangkan kepentingan agama, bangsa dan dunia.

“NU dari dulu tidak pernah minta. Dari dulu kiai kita enggak pernah nyodor-nyodorkan untuk merebut jabatan,” ucap Gus Yahya, saat membuka Rapat Kerja Nasional Lembaga Kesehatan NU di Semarang, Jumat (11/8/2023).

Gus Yahya menceritakan, saat detik-detik kemerdekaan Indonesia tahun 1945 NU menunjukan sikap terhadap kepentingan bangsa. Sebab saat itu pendiri NU Hadratusyech KH Hasyim Asyari justru memilih Soekarno yang layak memimpin bangsa saat itu dibandingkan anaknya sendiri.

“Pada saat itu ada seorang perwira Jepang namanya Naobuharo Ono dia ini seorang muslim alias Abdul Hamid. Dia ini nanya pada Hadratusyech. 'Kiai kalau nanti Indonesia sudah merdeka betul siapa menurut Kiai yang pantas memimpin negara yang baru lahir ini?” cerita Gus Yahya.

"Kiai Hasyim dengan tanpa ragu-ragu menjawab Insinyur Soekarno. Padahal putranya sendiri ini (KH Wahid Yasyim) tokoh utama. Kenapa ndak disebut ya kalau bisa Wahid Hasyim. Beliau dengan tanpa ragu menyebut insinyur Soekarno," sambung Gus Yahya.

Gus Yahya menambahkan saat itu, KH Wahid Hasyim masuk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

“Dulu itu menjelang kemerdekaan RI. Di tengah instensnya pergulatan persiapan kemerdekaan dengan PPKI dan BPUPKI di mana di situ KH Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) putra Hadratusyech KH Hasyim Asyari menjadi salah seorang tokoh utama panitia 9,” ucap Gus Yahya.

Gus Yahya mengatakan sikap yang dimiliki oleh pemimpinnya itu menegaskan bahwa NU tidak mementingkan suatu golongan atau keluarga. Sebab saat itu memang Soekarno yang terbaik untuk memimpin Indonesia pada waktu itu.

“Maka NU harus selalu berfikir tentang apa yang terbaik di bangsa dan negara ini bukan untuk NU sendiri. Kita tidak peduli dari mana asalnya yang penting yang terbaik untuk bangsa dan negara,” kata Gus Yahya.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement