Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hitam Putih Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Senin, 14 Agustus 2023 |08:00 WIB
Hitam Putih Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

“Orang-orang Belanda yang dikirim ke sini, sama seperti kita. Punya hati dan nurani, punya sisi kemanusiaan juga. Cuma mereka jadi korban politik (pemerintah) Belanda,” ujarnya.

Bahwa memang serdadu Belanda beberapa kali tercatat pernah melakukan kejahatan dalam aksi-aksi mereka terhadap warga sipil. Seperti di Sulawesi Selatan, Bekasi, Padang, Rengat (Provinsi Riau) dan yang sempat bikin geger, Rawagede (Karawang).

 BACA JUGA:

“Ini yang selama ini disangkal Belanda. Belanda adalah negara yang hidup dalam penyangkalan. Orang-orang Belanda saat ini mengatakan bahwa apa yang terjadi di Indonesia di masa Aksi Polisionil, ya it’s not so bad. Yang jadi korban hanya dianggap ekses dan jumlahnya tak seberapa,” timpal jurnalis sekaligus peneliti muda Belanda Marjolein van Pagee yang juga jadi pembicara.

 BACA JUGA:

“Di Belanda sendiri, sejarah kolonialisme (Hindia Belanda) hanya jadi catatan kaki. Padahal menurut saya sejarah kolonialisme itu fundamental. Ya karena Belanda dibangun karena kolonialisme. Tapi tetap (pemerintah Belanda) menyangkal,” lanjutnya.

Namun perlu diingat juga, bahwa berbagai elemen pasukan republik, entah itu laskar atau Tentara Keamanan Rakyat (TKR, kemudian TRI dan terakhir jadi TNI), juga pernah melakukan tindakan yang kelewatan. Terutama pada periode akhir 1945 hingga awal 1946 di mana selama ini di buku-buku sejarah, periode itu dikenal sebagai “Masa Bersiap”.

Sebuah masa di mana orang-orang Indo Belanda (orang Belanda yang lahir di Hindia Belanda/Indonesia), orang yang dituduh mata-mata Belanda, orang-orang yang pernah bekerja dengan pemerintah Hindia Belanda, diburu di mana-mana dan dihabisi.

Satu dari sekian contohnya adalah pembantaian di Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satu korbannya adalah ayah Wieteke van Dort, penyanyi Indo Belanda yang terkenal dengan tembangnya “Geef Mij Maar Nasi Goreng”.

“Apapun yang terjadi dalam sejarah dan jadi fakta, kita harus siap menerima. Memang yang namanya zaman perang, saling bunuh antartentara itu biasa. Tapi beda cerita kalau yang dibunuh itu warga sipil,” sambung Hendi Jo lagi.

“Di zaman 1945-1949, tidak hanya Belanda yang melakukan kejahatan. Kita harus sama-sama mengakui dan menjauhkan diri dulu dari hal-hal politis untuk bisa memahami dan jujur, bahwa sejarah Indonesia-Belanda itu tidak sehitam-putih yang kita pahami selama ini,” tandasnya.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement