Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hubungan Bilateral Kian Memburuk, Junta Niger Beri Waktu 48 Jam ke Dubes Prancis untuk Angkat Kaki

Susi Susanti , Jurnalis-Sabtu, 26 Agustus 2023 |16:32 WIB
Hubungan Bilateral Kian Memburuk, Junta Niger Beri Waktu 48 Jam ke Dubes Prancis untuk Angkat Kaki
Junta Niger beri waktu 48 jam agar Dubes Prancis tinggalkan negara itu (Foto: Reuters)
A
A
A

NIGER - Para pemimpin kudeta di Niger memberi waktu 48 jam kepada duta besar Prancis untuk meninggalkan negara itu karena hubungan bilateral yang terus memburuk dengan cepat.

Junta mengatakan Sylvain Itte menolak menanggapi undangan bertemu dengan menteri luar negeri Niger.

Prancis, yang merupakan bekas negara kolonial, mengatakan “para pemberontak tidak mempunyai wewenang” untuk memerintahkan pengusiran tersebut.

Paris menentang kudeta pada Juli lalu dengan mengatakan bahwa Presiden terguling Mohammed Bazoum harus dikembalikan ke jabatannya.

Pengumuman pada Jumat (25/8/2023) itu dibuat oleh menteri luar negeri Niger yang dilantik oleh junta.

Hal ini menyusul serangkaian pernyataan dan demonstrasi yang memusuhi Prancis.

Kementerian luar negeri Prancis menanggapinya dengan mengatakan bahwa pihaknya telah "mencatat para pelaku kudeta".

“Para pelaku kudeta tidak mempunyai wewenang untuk mengajukan permintaan ini, persetujuan duta besar hanya datang dari otoritas terpilih Niger yang sah,” tambah kementerian itu, dikutip AFP.

Jenderal Abdourahamane Tchiani, pemimpin kudeta Niger, pekan lalu berjanji mengembalikan negara Afrika Barat itu ke pemerintahan sipil dalam waktu tiga tahun.

Pengumuman itu disampaikannya setelah bertemu dengan mediator dari blok regional Afrika Barat Ecowas di ibu kota, Niamey.

Ecowas mengancam akan melakukan tindakan militer untuk membalikkan penggulingan Presiden Bazoum bulan lalu jika perundingan gagal.

Pemimpin junta mengatakan bahwa Niger tidak menginginkan perang, namun akan mempertahankan diri terhadap intervensi asing.

“Jika sebuah serangan dilakukan terhadap kami, hal itu tidak akan terjadi seperti yang dipikirkan sebagian orang,” dia memperingatkan.

Jenderal Tchiani juga mengulangi kritiknya terhadap apa yang disebutnya sanksi “ilegal dan tidak manusiawi” yang dijatuhkan oleh Ecowas terhadap negara miskin yang tidak memiliki daratan tersebut.

Hal ini termasuk memutus aliran listrik, mengakibatkan pemadaman listrik di Niamey dan kota-kota besar lainnya, serta memblokir impor penting.

Pengemudi truk terjebak selama berminggu-minggu menunggu untuk membawa pasokan, sehingga memaksa kenaikan harga pangan.

Ecowas menolak jangka waktu tiga tahun setelah pembicaraan pada Minggu (20/8/2023).

"Ecowas tidak lagi menerima transisi berkepanjangan di kawasan ini. Mereka hanya harus bersiap untuk menyerahkannya dalam waktu sesingkat mungkin," kata Abdel-Fatau Musah, komisaris urusan politik, perdamaian dan keamanan blok tersebut, kepada BBC.

Dia mengatakan “aspek militer sangat berpengaruh”.

Upaya regional untuk membalikkan kudeta didukung oleh AS dan Prancis, yang keduanya memiliki pangkalan militer di Niger. Pangkalan-pangkalan ini adalah bagian dari upaya untuk mengatasi kelompok jihad di wilayah Sahel yang lebih luas.

Pemimpin junta, yang mengepalai pengawal presiden sebelum merebut kekuasaan pada 26 Juli lalu, mengatakan intervensi militer dapat memperburuk pemberontakan kelompok Islam yang terkait dengan al-Qaeda dan kelompok ISIS.

Kudeta tersebut mencerminkan pengambilalihan serupa yang baru-baru ini terjadi di negara tetangga Burkina Faso dan Mali.

Dan pengaruh Rusia di wilayah Sahel yang lebih luas juga berkembang melalui kelompok tentara bayarannya yakni Wagner.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement