“Di tengah perjalanan tahun 2007, saya harus memilih antara tetap bekerja di Pos Indonesia atau di sepak bola. Kemudian, saya berdiskusi dengan keluarga. Istri dan anak perempuan ingin saya tetap di Pos Indonesia. Saya dan anak laki memilih sepak bola. Akhirnya sebagai kepala rumah tangga, saya memutuskan di sepak bola. Bukan karena tidak cinta dengan Pos Indonesia, tapi saya ingin fokus di salah satu,” tuturnya.
Tahun demi tahun berlalu, ketekunan dan kerja keras Indra Sjafri menukangi Timnas membuahkan prestasi. Namanya pun kian melambung dan dikenal masyarakat. Meski demikian, Indra Sjafri mengaku tak pernah melupakan Pos Indonesia yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya.
“Setelah saya memilih pindah ke sepak bola, memang dinamika, perjuangan, sangat luar biasa sampai ke titik seperti hari ini. Meski sudah banyak medali dan tropi saya kumpulkan untuk Indonesia, saya tidak pernah lupa dengan Pos Indonesia. Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama bekerja di Pos Indonesia,” ucapnya mengenang.
Lantas, apa sebenarnya yang mendasari keputusan Indra Sjafri lebih memilih sepak bola ketimbang terus berkarya bersama Pos Indonesia?
“Alasan memilih sepak bola karena di satu sisi saya tidak mau merugikan Pos Indonesia. Kalau saya menjalani keduanya, pasti ada saat saya menangani Timnas, sepakbola, pasti saya banyak mengambil cuti, meninggalkan kantor, dan sebagainya. Saya tidak mau seperti itu,” katanya.
Lebih lanjut Indra Sjafri membagikan pesan kepada generasi muda agar terus mengasah diri dan meningkatkan kemampuan karena persaingan semakin ketat.