Selain itu, Semaoen juga tergabung dalam serikat buruh kereta api di Surabaya Vereeniging Voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP). Setelah Henk Sneevliet meninggalkan Indonesia pada 1920, Semaoen mengubah ISDV menjadi PKI.
Pada 1923, Semaoen yang saat itu menjadi ketua PKI tertangkap oleh pemerintah Belanda karena merencanakan demonstrasi besar-besaran. Akibatnya, ia diasingkan ke Belanda. Di Eropa, Semaoen aktif dalam pergerakan komunisme, seperti Executive Committee of the Comintern atau Komite Eksekutif Komunis Internasional (ECCI), di Moscow. Namun, setelah kembali ke Indonesia pada 1953, Semaoen sudah tidak aktif lagi di PKI.
2. D.N Aidit
D.N Aidit disebutkan masuk dalam tokoh penting PKI karena merupakan Ketua Umum Comite Central (CC) PKI.
Bahkan, di bawah kepemimpinan D.N Aidit, PKI menjadi salah satu kekuatan politik besar.
Terbukti pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1955, PKI menempati posisi keempat setelah PNI, Masyumi, dan NU dengan meraih 16,4 persen suara kala itu.
Pemilik nama lengkap Dipa Nusantara Aidit juga membawa PKI menjadi partai yang memiliki banyak pengikut. Jumlah anggota partai ini membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah RRC dan Uni Soviet pada masa itu.
Peristiwa G30S PKI membuat D.N Aidit diburu secara besar-besaran. Pasukan tentara di bawah komando Kolonel Yasir Hadibroto, Komandan Brigade IV Infanteri, mendapatkan informasi bahwa dia bersembunyi di Sambeng pada 22 November 1965.
Setelah ditangkap di Solo, D.N Aidit dieksekusi mati di Boyolali. Yasir membawa D.N Aidit ke Markas Batalyon 444.
DN Aidit kemudian ditembak di depan sebuah sumur tua yang berlokasi di belakang Markas Batalyon 444 Boyolali. Jenazah DN Aidit diyakini berada di dasar sumur tua.
3. Syam Kamaruzaman
Selain D.N Aidit, ada sosok Syam Kamaruzaman yang merupakan Ketua Biro Khusus PKI. Dia juga diduga sebagai dalang dari kudeta dan pembunuhan yang terjadi pada peristiwa G30S PKI.
Dia berhasil memimpin organisasi rahasia PKI yang bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan kudeta. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan cara menyusup dan memengaruhi kelompok tentara berhaluan kiri.
Setelah peristiwa G30S terjadi, Syam tertangkap di Cimahi, Jawa barat pada 9 Maret 1967. Di meja pengadilan, Syam mengakui bahwa dia bergerak di bawah perintah Aidit. Atas pengakuannya tersebut dia dijatuhi hukuman mati hingga dieksekusi pada 1986.
4. Tan Malaka
Tokoh penting PKI lainnya yang menjadi sorotan adalah Tan Malaka. Dia merupakan pahlawan nasional yang memiliki ideologi kiri atau komunis sosialis.
Dia mulai berkenalan dengan ideologi komunisme ketika sekolah di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah) pada 1913. Selama kuliah, Tan Malaka juga terus menambah pengetahuannya tentang komunisme dengan membaca buku De Fransche Revolutie.
Selain itu, Tan bertemu dengan Henk Sneevliet, kemudian diajak untuk bergabung dengan ISDV. Dia berperan dalam pemogokan pegawai pegadaian pemerintah Belanda.
Namun, usaha Tan Malaka gagal. Dia justru diusir dari Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka menjadi salah satu pelopor sayap kiri atau komunis. Usahanya setelah kemerdekaan Indonesia adalah menentang segala bentuk diplomasi dengan Belanda. Tan Malaka berpendapat bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan 100 persen tanpa kompromi dengan penjajahan.