Dengan meningkatnya biaya hidup, prospek ekonomi yang buruk, dan budaya kerja yang menuntut hal-hal yang bertentangan dengan hal tersebut, semakin sedikit orang Jepang saat ini yang memilih untuk menikah dan memiliki anak. Orang tua mereka, yang khawatir dengan berkurangnya peluang mereka untuk mempunyai cucu, mengambil tindakan.
“Gagasan bahwa tidak apa-apa bagi orang tua untuk membantu anak-anak mereka menikah dengan cara ini semakin meluas,” kata Direktur perusahaan tersebut, Noriko Miyagoshi, yang telah menyelenggarakan acara perjodohan selama hampir dua dekade.
Dulu orang mungkin malu datang ke acara ini. “Tetapi waktu telah berubah,” ujarnya, dikutip CNN.
Kekuatan yang sama yang mendorong para orang tua datang ke ruang konferensi di Osaka juga telah mengacaukan demografi negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Di Jepang saat ini, terdapat lebih sedikit pernikahan, lebih sedikit kelahiran, dan lebih sedikit orang. Jumlah penduduk telah lama mengalami penurunan dan pada tahun ini hingga bulan Januari, menurut data pemerintah, jumlah penduduk mengalami penurunan sebesar 800.523 jiwa menjadi 125,4 juta jiwa.
Di balik anjloknya populasi tersebut adalah menurunnya jumlah pernikahan dan kelahiran.