Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Banjir Dahsyat Libya, Tim Penyelamat Berjuang Evakuasi Jenazah Korban yang Tersapu ke Laut

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 13 September 2023 |07:00 WIB
Banjir Dahsyat Libya, Tim Penyelamat Berjuang Evakuasi Jenazah Korban yang Tersapu ke Laut
Banjir dahsyat Libya, tim penyelamat berjuang evakuasi jenazah korban (Foto: AFP)
A
A
A

LIBYA - Tim penyelamat di Libya sedang berjuang untuk mengevakuasi jenazah korban yang tersapu ke laut di perairan banjir mirip tsunami.

Menurut otoritas ambulans di Derna, kota yang paling parah terkena dampaknya, setidaknya 2.300 orang tewas. Dikutip media pemerintah LANA, kementerian dalam negeri pemerintah timur Libya pada Selasa (12/9/2023) mengatakan setidaknya 5.300 orang diperkirakan tewas

Dua bendungan dan empat jembatan runtuh di Derna, menenggelamkan sebagian besar kota ketika Badai Daniel melanda pada Minggu (10/9/2023).

Bulan Sabit Merah mengatakan sekitar 10.000 orang dilaporkan hilang dan jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.

Sejumlah bantuan sudah mulai berdatangan, termasuk dari Mesir.

Namun upaya penyelamatan terhambat oleh situasi politik di Libya, dimana negara tersebut terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing.

Amerika Serikat (AS), Jerman, Iran, Italia, Qatar, dan Turki termasuk di antara negara-negara yang menyatakan telah mengirimkan atau siap mengirimkan bantuan.

Rekaman video yang direkam setelah gelap pada Minggu (10/9/2023) menunjukkan sungai air banjir mengalir melintasi kota dan mobil-mobil terombang-ambing tak berdaya mengikuti arusnya.

Ada banyak cerita mengerikan tentang orang-orang yang tersapu ke laut, sementara yang lain bergantungan di atap rumah untuk bertahan hidup.

“Saya terkejut dengan apa yang saya lihat, ini seperti tsunami,” kata Hisham Chkiouat, dari pemerintah Libya yang berbasis di wilayah timur.

Dia mengatakan kepada BBC Newshour bahwa runtuhnya salah satu bendungan di selatan Derna telah menyeret sebagian besar kota ke laut.

“Lingkungan yang luas telah hancur – ada banyak sekali korban yang jumlahnya terus meningkat setiap jamnya,” lanjutnya.

Al-Dbeibah mengatakan tim penyelamat sedang berjuang untuk menemukan beberapa jenazah, dan angkatan laut serta penyelam berusaha mengambil jenazah dari laut.

Dia menjelaskan investigasi telah diluncurkan untuk mengetahui mengapa banjir dapat menyebabkan kerusakan seperti itu.

Dia menambahkan bahwa 2,5 miliar Dinar Libya (USD515 juta) akan diberikan untuk membantu membangun kembali Derna dan kota Benghazi di timur.

Kota Soussa, Al-Marj dan Misrata juga terkena dampak badai yang terjadi pada Minggu (10/9/2023).

Pakar teknik pengairan mengatakan kepada BBC bahwa kemungkinan besar bendungan bagian atas, sekitar 12 km (delapan mil) dari kota, telah rusak terlebih dahulu, sehingga airnya mengalir ke lembah sungai menuju bendungan kedua, yang terletak lebih dekat ke Derna - tempat permukiman dibanjiri.

“Awalnya kami hanya mengira itu adalah hujan deras, namun pada tengah malam kami mendengar ledakan besar dan ternyata bendungan jebol,” terang Raja Sassi, yang selamat bersama istri dan putri kecilnya, kepada kantor berita Reuters.

Jurnalis Libya Noura Eljerbi, yang tinggal di Tunisia mengatakan kepada BBC bahwa dia baru mengetahui bahwa sekitar 35 kerabatnya yang semuanya tinggal di blok apartemen yang sama di Derna masih hidup setelah menghubungi tim penyelamat setempat.

“Rumahnya hancur tapi keluarga saya berhasil keluar sebelum keadaan menjadi lebih buruk. Mereka sekarang aman,” katanya.

Petugas penyelamat Kasim Al-Qatani mengatakan kepada BBC Newsnight bahwa tidak ada air minum bersih di Derna, dan kurangnya pasokan medis.

Dia menambahkan bahwa satu-satunya rumah sakit di Derna tidak bisa lagi menerima pasien karena “ada lebih dari 700 jenazah menunggu di rumah sakit dan jumlahnya tidak sebesar itu.”

Libya berada dalam kekacauan politik sejak penguasa lama Kolonel Muammar Khadafi digulingkan dan dibunuh pada 2011. Hal ini menyebabkan negara kaya minyak itu terpecah menjadi pemerintahan sementara yang diakui secara internasional dan beroperasi dari ibu kota, Tripoli, dan pemerintahan lain di timur.

Jurnalis Libya Abdulkader Assad mengatakan kebingungan seputar hal ini menghambat upaya penyelamatan.

"Ada orang-orang yang menjanjikan bantuan tetapi bantuannya tidak kunjung datang," katanya kepada BBC.

“Tidak ada tim penyelamat, tidak ada penyelamat terlatih di Libya. Segala sesuatu selama 12 tahun terakhir adalah tentang perang,” ungkapnya.

Meski terjadi perpecahan, pemerintah di Tripoli telah mengirimkan sebuah pesawat yang membawa 14 ton pasokan medis, kantong jenazah, dan lebih dari 80 dokter dan paramedis.

Brian Lander, Wakil direktur keadaan darurat di Program Pangan Dunia Perserikatan Banga-Bangsa (PBB), mengatakan organisasi tersebut memiliki persediaan makanan untuk 5.000 keluarga.

Derna, sekitar 250 km sebelah timur Benghazi di sepanjang pantai, dikelilingi oleh perbukitan di dekatnya di wilayah subur Jabal Akhdar.

Kota ini pernah menjadi tempat militan dari kelompok ISIS membangun kehadirannya di Libya, setelah jatuhnya Khadafi. Beberapa tahun kemudian mereka diusir oleh Tentara Nasional Libya (LNA), pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar yang bersekutu dengan pemerintahan timur.

Jenderal yang berkuasa itu mengatakan para pejabat di wilayah timur saat ini sedang menilai kerusakan yang disebabkan oleh banjir sehingga jalan-jalan dapat dibangun kembali dan aliran listrik dipulihkan untuk membantu upaya penyelamatan.

Situs berita terkemuka Libya, Al-Wasat, menyatakan bahwa kegagalan dalam membangun kembali dan memelihara infrastruktur di Derna setelah konflik bertahun-tahun merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian.

“Kekacauan keamanan dan kelalaian pemerintah Libya dalam melakukan pemantauan ketat terhadap langkah-langkah keamanan [bendungan] menyebabkan bencana tersebut,” kata pakar ekonomi Mohammed Ahmed yang dikutip oleh media tersebut.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement