Dia menambahkan keputusan itu membahayakan nyawa orang-orang di kapal dan di darat.
Pendaratan darurat ini terjadi ketika maskapai penerbangan Rusia menghadapi kesulitan mendapatkan suku cadang akibat sanksi Barat terhadap Moskow atas serangannya di Ukraina.
Pada Maret lalu, media Rusia Vedomosti mengutip pejabat Ural Airlines Igor Poddubny yang mengatakan bahwa pihaknya memiliki waktu sekitar tiga bulan sebelum mereka mulai memecah pesawat untuk mendapatkan suku cadangnya.
Namun, Skuratov menegaskan bahwa semua pesawat milik maskapainya diservis dengan suku cadang asli.
“Kami tidak akan pernah membiarkan suku cadang yang salah digunakan,” terangnya.
“Sulit, ada perlawanan, tapi semua suku cadang yang digunakan di pesawat kami bersertifikat,” lanjutnya.
"Aku mempertaruhkan kepalaku untuk itu,” ujarnya.
Agensi Interfax melaporkan bahwa A320 yang jatuh itu berusia sekitar 20 tahun dan memiliki sertifikat kelaikan udara hingga akhir tahun depan.
Reuters melaporkan pada Agustus lalu bahwa Ural Airlines dan maskapai penerbangan Rusia lainnya telah berhasil melewati sanksi Barat pada beberapa kesempatan, dengan menggunakan perantara di negara-negara termasuk China atau Tiongkok dan Uni Emirat Arab (UEA) yang tidak mendukung pembatasan tersebut.
Sebelumnya, Ural Airlines Airbus A321 terpaksa mendarat di sebuah lapangan di luar Moskow pada 2019 setelah ditabrak burung camar saat lepas landas. Sekitar 70 dari 230 orang di dalamnya terluka dalam kecelakaan itu, yang oleh media Rusia disebut sebagai "keajaiban di Ramensk". Para kru kemudian diberi penghargaan negara.
(Susi Susanti)