Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Lepaskan Rudal, Pilot Rusia Nyaris Tembak Jatuh Pesawat Pengintai Inggris di Laut Hitam

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 14 September 2023 |17:26 WIB
Lepaskan Rudal, Pilot Rusia Nyaris Tembak Jatuh Pesawat Pengintai Inggris di Laut Hitam
Su-27. (Foto: Reuters)
A
A
A

LONDON - Seorang pilot Rusia mencoba menembak jatuh sebuah pesawat pengintai Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Royal Air Forces/RAF) setelah yakin bahwa ia mempunyai izin untuk menembak, demikian dilaporkan BBC.

Pilot Rusia menembakkan dua rudal, yang pertama meleset, dan bukannya tidak berfungsi seperti yang diklaim pada saat itu.

Rusia mengklaim insiden September 2022 itu disebabkan oleh “kerusakan teknis”.

Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) secara terbuka menerima penjelasan Rusia tersebut.

Namun kini tiga sumber senior kementerian pertahanan Barat yang mengetahui insiden tersebut mengatakan kepada BBC bahwa komunikasi Rusia yang disadap oleh pesawat RAF RC-135 Rivet Joint memberikan penjelasan yang sangat berbeda dari versi resmi.

Pesawat RAF – yang membawa hingga 30 orang awak – sedang melakukan misi pengawasan di atas Laut Hitam di wilayah udara internasional pada 29 September tahun lalu ketika bertemu dengan dua jet tempur SU-27 Rusia.

Komunikasi yang disadap menunjukkan bahwa salah satu pilot Rusia mengira dia telah diberi izin untuk menargetkan pesawat Inggris, menyusul perintah ambigu dari pangkalan Rusia.

Namun, pilot kedua Rusia tidak melakukannya. Dia memprotes dan melontarkan sumpah serapah kepada wingmannya ketika dia menembakkan rudal pertama.

Rivet Joint dilengkapi dengan sensor untuk mencegat komunikasi. Awak RAF akan bisa mendengarkan insiden yang bisa mengakibatkan kematian mereka sendiri.

Kementerian Pertahanan tidak akan merilis rincian komunikasi tersebut.

Menanggapi pengungkapan baru ini, juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan: "Tujuan kami adalah melindungi keselamatan operasi kami, menghindari eskalasi yang tidak perlu, dan memberikan informasi kepada publik dan komunitas internasional."

Ketika dua SU-27 Rusia mendekati pesawat mata-mata RAF, mereka menerima komunikasi dari stasiun kontrol darat mereka.

Salah satu sumber barat mengatakan kepada BBC bahwa kata-kata yang mereka terima adalah "Anda punya target".

Bahasa ambigu ini ditafsirkan oleh salah satu pilot Rusia sebagai izin untuk menembak.

Bahasa yang longgar tersebut tampaknya menunjukkan tingkat ketidakprofesionalan yang tinggi dari pihak-pihak yang terlibat, kata sumber tersebut, sebagaimana dilansir BBC. Sebaliknya, pilot NATO menggunakan bahasa yang sangat tepat ketika meminta dan menerima izin menembak.

Pilot Rusia melepaskan rudal udara-ke-udara, yang berhasil diluncurkan namun gagal mencapai sasarannya, seperti yang diberitahukan kepada BBC. Itu adalah kesalahan, bukan kegagalan fungsi.

Sumber-sumber pertahanan mengatakan kepada BBC bahwa kemudian terjadi perselisihan antara kedua pilot Rusia tersebut.

Pilot SU-27 kedua tidak mengira mereka telah diberi izin untuk menembak.

Dia dikatakan telah mengumpat pada rekannya, dan secara efektif menanyakan apa yang dia pikir sedang dia lakukan.

Namun pilot pertama masih melepaskan rudal lainnya.

Kami diberitahu bahwa rudal kedua jatuh begitu saja dari sayapnya - menunjukkan bahwa senjata tersebut tidak berfungsi atau peluncurannya dibatalkan.

Tiga minggu kemudian, pemerintah Inggris mengonfirmasi insiden tersebut terjadi - setelah penjelasan dari Kementerian Pertahanan Rusia menyebutnya sebagai "kerusakan teknis". 

Dalam pernyataannya kepada anggota parlemen pada 20 Oktober 2022, Menteri Pertahanan saat itu Ben Wallace menyebutnya sebagai "pertemuan yang berpotensi berbahaya".

Namun dia menerima penjelasan Rusia tersebut, dengan mengatakan: "Kami tidak menganggap insiden ini sebagai eskalasi yang disengaja oleh pihak Rusia, dan analisis kami menyimpulkan bahwa insiden ini disebabkan oleh kegagalan fungsi." 

Namun, kebocoran intelijen rahasia mengungkapkan bahwa militer AS mengungkapkan apa yang terjadi dengan lebih gamblang.

Dalam serangkaian dokumen, yang dipublikasikan secara online oleh penerbang AS Jack Teixera, insiden yang sama digambarkan sebagai "hampir jatuhnya pesawat".

“Insiden ini jauh lebih serius daripada apa yang digambarkan sebelumnya dan bisa saja merupakan aksi perang,” lapor New York Times.

Menurut dua pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS), kata surat kabar itu, pilot Rusia telah salah menafsirkan perintah dari darat.

Pilot Rusia "yang mengunci pesawat Inggris, menembak, tetapi rudalnya tidak diluncurkan dengan benar."

Surat kabar itu juga mengutip seorang pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya yang menggambarkan insiden itu "benar-benar menakutkan".

Menanggapi bocornya laporan mengenai "nyaris terjadi penembakan", Kementerian Pertahanan Inggris mengeluarkan pernyataan lain yang menambahkan lebih banyak kabut daripada kejelasan.

Kementerian Pertahanan mengklaim "sebagian besar isi laporan ini (dari dokumen) tidak benar, dimanipulasi, atau keduanya".

Mungkin ada beberapa alasan mengapa Kementerian Pertahanan Inggris enggan memberikan rincian lengkapnya.

Pertama, Inggris tidak ingin mempublikasikan sejauh mana pengumpulan intelijennya dan rincian komunikasi yang disadap.

Lebih penting lagi, tidak ada pihak yang menginginkan eskalasi – sesuatu yang berpotensi menarik anggota NATO ke dalam konfrontasi militer dengan Rusia.

Namun kejadian tersebut sekali lagi menunjukkan, bagaimana satu kesalahan dan kesalahan perhitungan yang dilakukan oleh satu individu dapat memicu konflik yang lebih luas.

Kementerian Pertahanan kini mengatakan kepada BBC bahwa "insiden ini merupakan pengingat akan potensi konsekuensi invasi biadab Putin ke Ukraina."

Ini bukan pertama kalinya pilot Rusia yang ceroboh menargetkan pesawat NATO di wilayah udara internasional.

Pada Maret awal tahun ini, sebuah jet Rusia menjatuhkan drone pengintai tak berawak AS, yang juga terbang di atas Laut Hitam.

Dalam insiden tersebut pilot Rusia dianugerahi medali, namun sebagian besar ahli sepakat bahwa hal itu disebabkan oleh keberuntungan, bukan keterampilan atau penilaian.

Laporan ini menyoroti pertanyaan serius mengenai disiplin dan profesionalisme angkatan udara Rusia.

Sejak kejadian tersebut, penerbangan pengawasan RAF ini dikawal oleh jet tempur Typhoon yang dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara.

Inggris adalah satu-satunya sekutu NATO yang melakukan misi berawak di Laut Hitam.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement