Para korban selamat mengatakan kepada BBC, ketika cuaca memburuk, polisi dan militer menyuruh warga meninggalkan rumah mereka ke tempat yang lebih tinggi.
Namun sepertinya banyak orang tidak menganggap serius ancaman tersebut.
"Banyak dari mereka yang melakukan hal tersebut, namun sayangnya, kadang-kadang orang-orang berkata, 'Anda tahu, ini berlebihan, mungkin tidak demikian'," kata seorang pejabat pemerintahan tidak resmi di wilayah timur Libya kepada program Newshour BBC.
Ada juga tuduhan bahwa para pejabat menyampaikan hal ini ke televisi Libya pada Minggu (10/9/2023) malam, dan memerintahkan masyarakat untuk tinggal di rumah mereka karena cuaca buruk. Namun pejabat yang sama, Othman Abdul Jalil, membantahnya.
Masih terlalu dini untuk mengaitkan secara pasti tingkat keparahan badai ini dengan kenaikan suhu global. Namun, perubahan iklim diperkirakan meningkatkan frekuensi badai terkuat di dunia.
Prof Liz Stephens, pakar risiko dan ketahanan iklim di University of Reading di Inggris, mengatakan para ilmuwan yakin bahwa perubahan iklim meningkatkan curah hujan yang terkait dengan badai tersebut.
Pada hari Jumat (15/9/2023), pejabat tinggi PBB, Martin Griffiths, mengatakan bencana tersebut merupakan “pengingat besar” akan perubahan iklim dan tantangan yang ditimbulkannya.
(Susi Susanti)