MADIUN - Sejumlah tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) ditangkap hidup-hidup dalam peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948.
Mereka dianggap bertanggung jawab atas pemberontakan PKI Madiun yang menelan banyak korban jiwa. Presiden Soekarno atau Bung Karno sangat murka atas peristiwa PKI Madiun.
BACA JUGA:
Dalam pidatonya Soekarno memberi opsi kepada rakyat: Pilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir Sjarifuddin. Kemarahan Bung Karno terus membara. Saat pemberontakan berhasil dipadamkan, pada 1 Oktober 1948, Bung Karno kembali berpidato dengan mengibaratkan Muso sebagai bisul yang mesti dibasmi.
Melalui TNI yang dipimpin langsung Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto, seluruh pimpinan PKI dan mereka yang terlibat pemberontakan PKI Madiun terus diburu.
BACA JUGA:
Sejumlah pimpinan PKI yang ditangkap hidup-hidup kemudian dijatuhi hukuman mati. Dilansir dari buku Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (1997), berikut pimpinan PKI Madiun yang dieksekusi mati.
1.Amir Sjarifuddin
Amir Sjarifuddin yang sempat berusaha meloloskan diri, ditangkap pasukan TNI Kemal Idris di Desa Kelambu Kabupaten Purwodadi Jawa Tengah. Kondisi Amir mengenaskan.
Tubuhnya yang semakin kurus, kepayahan. Jalannya terpincang-pincang. Bekas Perdana Menteri RI itu terkena penyakit disentri. Dengan kereta api ia digelandang menuju ibukota Yogyakarta.
Amir sempat diarak untuk dipertontonkan di depan rakyat sebelum kemudian dijebloskan ke dalam tahanan. Pada suatu malam 19 Desember 1948, bersama 11 tahanan lainnya, Amir diam-diam dibawa ke Solo.
Amir diijinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Internasionale sebelum kemudian ditembak mati. Hukuman eksekusi mati Amir Sjarifuddin merupakan yang pertama.
2.Maruto Darusman
Maruto Darusman juga tertangkap hidup-hidup. Maruto merupakan aktivis mahasiswa yang bergabung dengan PKI, namun lebih banyak berkonsentrasi pada gerakan bawah tanah.
Dengan gerakan bawah tanahnya Maruto terkenal gigih melawan Hitler dan fasisnya. Bernasib serupa dengan Amir Sjarifuddin, Maruto juga dijatuhi hukuman tembak mati.
3.Sardjono
Sardjono merupakan tokoh PKI Madiun yang aktif di PKI sejak tahun 1926. Ia bekas ketua partai yang hidup berbelas tahun sebagai orang buangan, yakni di Digul dan Australia.
BACA JUGA:
Karir politik Sardjono di PKI berakhir setelah tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
4.Hardjono
Hardjono mengenal politik pertama kali di Medan, yakni saat bekerja sebagai buruh bengkel. Ia mengenal komunisme pertama kali dari seorang komunis Belanda yang kemudian menjadi mentor politiknya.
BACA JUGA:
Hardjono sempat menjalani hukuman buang di Digul dan menikah di sana. Karir politik Ketua Umum SOBSI itu berakhir setelah tertangkap dalam pemberontakan PKI Madiun dan dijatuhi hukuman mati.
5.Soeripno
Soeripno seorang mahasiswa yang brilian saat terlibat pemberontakan PKI Madiun 1948. Ia sejak lama aktif dalam gerakan bawah tanah menentang Hitler dan fasisme. Sepak terjang Soeripno berakhir dengan hukuman mati.
6.Oei Gee Hwat
Seorang tokoh Pesindo dan pimpinan SOBSI keturunan Tionghoa yang banyak dipengaruhi oleh Liem Koen Hian dan Tan Ling Djie. Oei Gee Hwat juga dikenal sebagai kolumnis dan jurnalis.
BACA JUGA:
Pasca peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948, karir politik Oei berakhir dengan hukuman mati.
7.Djoko Soejono
Dinamika pengetahuan politik Djoko lebih banyak dipengaruhi oleh kursus-kursus politik Soekarno dan Mohammad Hatta. Ia sangat membenci penjajah, borjuis, priyayi dan feodalis.
Saat menjalani hukuman mati, Djoko Soejono berpangkat kolonel TNI.
8.Katamhadi
Katamhadi tercatat sebagai bekas Jenderal Mayor APRI saat terlibat pemberontakan PKI Madiun 1948. Karir politik Katamhadi berakhir di hukuman mati.
BACA JUGA:
9. Muso
Sementara tokoh PKI Muso ditembak mati saat mencoba melawan. Jasad Muso dibawa ke Ponorogo dipertontonkan di depan rakyat dan sempat dibakar.
10. Setiadji
Sedangkan tokoh PKI Setiadjid tidak diketahui nasibnya. Setiadjid dimungkinkan tewas saat menjalani pelarian dari hutan ke hutan.
(Nanda Aria)