Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Evakuasi Jenderal Korban G30S PKI, Marinir Keracunan Gas hingga Sempitnya Sumur Lubang Buaya

Solichan Arif , Jurnalis-Rabu, 27 September 2023 |10:08 WIB
Kisah Evakuasi Jenderal Korban G30S PKI, Marinir Keracunan Gas hingga Sempitnya Sumur Lubang Buaya
Evakuasi Korban G30S PKI/Tangkapan layar media sosial
A
A
A

JAKARTA – Puncak dari Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI adalah dengan menghabisi sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat (AD) yang dianggap sebagai Dewan Jenderal.

Jenderal TNI AD itu diculik, dibunuh, dan kemudian jenazahnya diceburkan ke dalam sumur Lubang Buaya, Jakarta. Peristiwa itu dipimpin Letkol Untung Sutopo.

Mereka dihabisi lantaran dianggap sebagai Dewan Jenderal, yakni istilah Dewan Revolusi untuk menyebut sejumlah perwira tinggi AD yang tidak loyal kepada Presiden Soekarno atau Bung Karno.

Hingga 1 Oktober 1965, Dewan Revolusi merasa menang. Namun situasi dalam sekejap berubah. Serangan pasukan RPKAD yang dipimpin Sarwo Edhie Wibowo berhasil membalikkan keadaan.

Pasukan Dewan Revolusi dipukul mundur. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) yang sebelumnya mereka kuasai, berhasil direbut. Pada 3 Oktober 1965, Lubang Buaya ditemukan.

Melihat pasukan RPKAD mendekat, orang-orang Pemuda Rakyat dan Gerwani yang berada di sekitar Lubang Buaya pada memilih kabur.

“Lubang tersebut adalah sumur tua yang berjarak tiga meter dari sebuah rumah yang dihuni seorang guru aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI),” demikian dikutip dari buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran, Sejak Nusantara sampai Indonesia (2014).

Lubang Buaya berdiameter ¾ meter dengan kedalaman 10 meter. Keberadaan sumur tua itu oleh orang-orang PKI dikamuflase. Agar tidak mudah ditemukan, kedalaman Lubang Buaya ditimbuni sampah kering, batang pohon pisang, daun singkong serta tanah berselang seling.

Oleh tentara, Lubang Buaya langsung dibongkar. Kendati demikian tidak mudah mengevakuasi jenazah para perwira tinggi AD. Karena kendala tekhnis, evakuasi jenazah baru bisa dilakukan pada 4 Oktober 1965.

Proses evakuasi melibatkan pasukan Kesatuan Intai Para Amphibi (Kipam) Marinir. Ruang sempit dan dalamnya Lubang Buaya membuat proses evakuasi jenazah tidak mudah dan sempat terhenti.

Dilansir dari catatan Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran Sejak Nusantara sampai Indonesia, pada awal proses evakuasi banyak petugas yang kehilangan kesadaran karena terpapar gas beracun. “Banyak petugas yang pingsan akibat gas beracun di dalam sumur”.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement