Meskipun mereka tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di K2-18b, tim masih memiliki 10 planet Goldilocks lagi dalam daftar mereka untuk dipelajari dan mungkin lebih banyak lagi setelahnya.
Prof Madhusudhan memperkirakan bahwa dalam waktu lima tahun akan terjadi apa yang dia gambarkan sebagai "transformasi besar" dalam pemahaman kita tentang kelayakhunian planet dan kehidupan di Alam Semesta.
“Pada saat itu kita akan memiliki kesempatan untuk mempelajari setengah lusin planet seperti K2-18b atau planet yang sedikit lebih panas,” terangnya.
“Ada kemungkinan bahwa kita hampir mendapatkan deteksi pertama. Di sisi lain, tidak adanya deteksi pada salah satu planet tersebut juga akan memberikan wawasan penting tentang kemungkinan adanya kehidupan di planet-planet tersebut,” lanjjtnya.
Namun sekuat apa pun JWST, ia ada batasnya. Ukuran bumi dan kedekatannya dengan Matahari memungkinkannya mendukung kehidupan. Namun JWST tidak akan mampu mendeteksi planet jauh sekecil Bumi (K2-18b delapan kali lebih besar) atau sedekat bintang induknya, karena silaunya cahaya tersebut.
Jadi, NASA merencanakan Habitable Worlds Observatory (HWO), yang dijadwalkan pada tahun 2030an. Dengan menggunakan pelindung matahari berteknologi tinggi, alat ini meminimalkan cahaya dari bintang yang mengorbit planet ini. Artinya, ia akan dapat melihat dan mengambil sampel atmosfer planet yang mirip dengan planet kita.
Teleskop Sangat Besar (ELT) juga akan diluncurkan pada akhir dekade ini, yang akan berada di darat dan menatap langit sebening kristal di gurun Chili. Ia memiliki cermin terbesar dari semua instrumen yang dibuat, dengan diameter 39 meter, sehingga dapat melihat atmosfer planet dengan lebih detail dibandingkan pendahulunya.