ITALIA - Ketika Boubacar Touré dan teman-teman satu flatnya mendengar suara gemuruh yang tiba-tiba terjadi di samping apartemen mereka, mereka mengira itu adalah gempa bumi. Tapi kemudian mereka membuka jendela dapur tempat mereka memasak makan malam dan menyadari jika ada kecelakaan bus.
“Kami berlari ke tempat bus terbakar dan saya mendengar seorang wanita berteriak, 'Bayiku, sayangku,'” terang Boubacar, 27 tahun, yang berasal dari Gambia.
“Saya berhasil menariknya melalui jendela dan kemudian mengeluarkan putranya, yang mengalami luka bakar parah tetapi masih hidup,” lanjutnya, dikutip BBC.
Bus tersebut, yang membawa wisatawan kembali ke tempat perkemahan terdekat setelah seharian berada di pusat bersejarah Venesia, sedang melaju di sepanjang jalan layang yang sibuk ketika tiba-tiba berbelok ke samping pada Selasa (3/10/2023) malam. Bus itu menerobos penghalang dan terjun beberapa meter ke arah rel kereta api dan kemudian terbakar.
Sedikitnya 21 orang tewas. Dari 15 orang yang terluka, sebagian besar masih dalam perawatan intensif. Beberapa korban adalah anak-anak, termasuk seorang bayi.
Boubacar menceritakan bagaimana dia mengambil alat pemadam kebakaran dari bus untuk membantu memadamkan api. Tapi itu belum cukup.
“Orang-orang yang lalu lalang memberi saya alat pemadam lainnya tetapi tidak ada yang membantu, kami harus menunggu petugas pemadam kebakaran,” kenangnya.
"Jadi saya menarik orang lain ke tempat yang aman, seorang wanita, seorang pria, dan seorang anak. Orang-orang mengalami pendarahan di kepala mereka, ada begitu banyak darah,” lanjutnya.
Teman satu flatnya, Odion Eboigbe dari Nigeria, bersamanya, menarik orang lain melewati reruntuhan kendaraan yang hancur – sebuah bus bertenaga listrik yang baterainya diperkirakan terbakar.
“Kami berhasil menyelamatkan banyak orang namun sayangnya yang lain meninggal”, katanya.
“Saya tidak takut, saya tidak memikirkan keselamatan saya sendiri karena saya melihat orang-orang dengan kepala terbelah. Hari ini rekan-rekan saya bertanya kepada saya: 'apa yang Anda pikirkan ketika Anda pergi ke arah api,' dan saya memberi tahu mereka bahwa saya hanya harus menyelamatkan wanita dan anak-anak,” lanjutnya.
Begitu pekerja darurat tiba, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk memadamkan api dan membantu korban luka.
Boubacar dan Odion mengatakan mereka belum tidur sejak kecelakaan itu.
Ketika BBC mengatakan kepada mereka bahwa beberapa orang akan menyebut mereka pahlawan, mereka mengangkat bahu. “Jika menyelamatkan orang membuat Anda menjadi pahlawan, mungkin saja,” ujar Boubacar.
“Tetapi ketika seseorang membutuhkan bantuan karena mereka sekarat, Anda tidak bisa pergi begitu saja,” lanjutnya.
(Susi Susanti)