ISRAEL - Israel telah membentuk pemerintahan darurat dan kabinet manajemen perang. Hal ini diumumkan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dan pemimpin Partai Persatuan Nasional Benny Gantz pada Rabu (11/10/2023), setelah serangan mendadak Hamas terhadap komunitas perbatasan yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang dan melukai ribuan lainnya.
Gantz, mantan menteri pertahanan, akan bergabung dengan Netanyahu dan menteri pertahanan saat ini Yoav Gallant dalam kabinet masa perang.
“Ada waktu untuk perang dan ada waktu untuk perdamaian. Sekarang adalah waktunya perang,” kata Gantz dalam pidatonya di televise, dikutip CNN.
Pengumuman itu mengatakan pemerintah tidak akan mengesahkan undang-undang atau membuat keputusan apa pun yang tidak menyangkut jalannya perang.
Seperti diketahui, Israel telah meningkatkan serangannya di Gaza setelah serangan gencar Hamas pada 7 Oktober lalu, ketika Hamas menyerbu perbatasan yang dijaga ketat menuju Israel, menyerbu rumah-rumah, mengamuk di lahan pertanian dan komunitas dan menyandera sebanyak 150 orang kembali ke Gaza.
Menurut kementerian kesehatan Palestina, sejak Israel memulai serangan udara di daerah kantong Palestina pada Sabtu (7/10/2023), setidaknya 1.100 orang telah tewas di Gaza. Termasuk ratusan anak-anak, wanita, dan seluruh keluarga, Ribuan lainnya terluka.
Kepala otoritas listrik Gaza Galal Ismail mengatakan kepada CNN Israel telah memerintahkan “pengepungan total” terhadap wilayah kantong tersebut, termasuk menghentikan pasokan listrik, makanan, air dan bahan bakar. Pada Rabu (11/10/2023), satu-satunya pembangkit listrik di Gaza berhenti berfungsi setelah kehabisan bahan bakar.
Dia mengatakan masyarakat masih bisa menggunakan generator listrik. Namun dengan adanya blokade di seluruh sisi perbatasan, bahan bakar yang dibutuhkan agar generator dapat berfungsi semakin menipis.
Kementerian Kesehatan Palestina memperingatkan bahwa rumah sakit akan kehabisan bahan bakar pada Kamis (12/10/2023), yang akan menyebabkan kondisi “bencana”.
(Susi Susanti)