GAZA - Sekitar 900 tentara Amerika Serikat (AS) dikerahkan ke Timur Tengah (Timteng) untuk “lebih meningkatkan kemampuan perlindungan pasukan AS” di wilayah tersebut.
"Ini termasuk pasukan yang telah bersiap untuk melaksanakan perintah, dan yang dikerahkan dari daratan Amerika Serikat," kata Brigjen Pat Ryder, dikutip The Bellingham Herald.
Pasukan tersebut ditujukan untuk mendampingi dan mengoperasikan baterai Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan Batalyon Patriot yang diperintahkan oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada awal pekan ini untuk ditempatkan diseluruh wilayah.
Terminal High Altitude Area Defense merupakan sistem pertahanan dari serangan rudal jarak dekat maupun tengah yang kini dioperasikan oleh militer AS, guna melindungi negaranya. Sedangkan, Batalyon patriot adalah merupakan misi baterai artileri pertahanan udara AS.
Menurut Ryder seorang perwira militer AS dan brigadir jenderal Angkatan Udara AS, Baterai THAAD tersebut berasal dari Fort Bliss, Texas. Sedangkan Baterai Patriot berasal dari Fort Sill, Oklahoma, dan baterai Patriot tambahan berasal dari Fort Liberty, NC. Markas pertahanan udara terkait akan dikirim dari Fort Bliss dan Fort Cavazos, Texas.
Ia mengatakan bahwa pasukan tersebut tidak dikirim ke Israel, melainkan untuk memperkuat upaya penangkalan regional dan meningkatkan kemampuan perlindungan pasukan AS.
Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat karena perang Israel-Hamas. Akibatnya pasukan AS dan koalisi diserang sebanyak 12 kali di Irak dan empat kali di Suriah sejak 17 Oktober. Serangan tersebut merupakan serangan gabungan pesawat tak berawak dan roket.
Serangan tersebut membuat dua puluh satu tentara Amerika menderita luka-luka ringan, dan mengalami cedera otak traumatis (TBI).
Sebagian korban berasal dari serangan 17-18 Oktober, dimana 17 personel AS di Garnisun Al-Tanf di Suriah mengalami luka ringan, 15 diantaranya menderita TBI, dan empat orang lainnya yang berada di pangkalan al-Asad di Irak juga dilaporkan menderita TBI.
“Serangan terbaru terhadap pasukan AS terjadi sebelumnya pada hari kamis (26/10/2023), di Irak meskipun gagal,” kata Ryder
Adanya serangan-serangan yang terjadi kepada pasukan AS, Amerika Serikat belum memberikan bukti siapakah yang berada di balik serangan tersebut, namun pihak AS mengklaim bahwa Iran lah yang harus disalahkan.
"Saya tidak akan memiliki informasi yang lebih spesifik untuk diberikan kepada Anda dari sini dalam hal kelompok-kelompok tertentu yang telah mengaku bertanggung jawab [untuk menyerang orang Amerika], selain mengatakan bahwa kami tahu bahwa kelompok-kelompok ini berafiliasi dengan Iran," kata Ryder.
Sejak Hamas pertama kali menyerang Israel pada 7 Oktober, Amerika Serikat telah berusaha untuk memperkuat pasukannya di wilayah tersebut di tengah kekhawatiran bahwa konflik dapat berkembang.
(Susi Susanti)