Matius menjelaskan LKLB mengajak kita saling menghargai keberagaman untuk menjunjung tinggi martabat manusia. Program LKLB sendiri mengambil pendekatan sangat praktis untuk membantu orang-orang khususnya para pendidik, agar memiliki kompetensi dalam berelasi dengan orang berbeda agama.
Dia menambahkan literasi keagamaan lintas budaya melampaui toleransi karena orang-orang didorong untuk memiliki kompetensi yang menolongnya mampu saling berkolaborasi dengan mereka yang berbeda agama. Ketika orang yang berbeda saling bekerja sama dengan damai, maka perlahan rasa saling percaya juga akan terbangun.
“Toleransi penting, bahkan lebih jauh dari toleransi adalah kolaborasi. Kadang-kadang kita hanya mentolerir seseorang kesannya, walaupun saya tidak suka, biarkan saja. Tapi kalau kita sampai berkolaborasi, artinya kita bisa menjangkau orang yang berbeda,” ujar Matius.
Konferensi Internasional LKLB diadakan pada 13-14 November 2023 diadakan dalam rangka peringatn 75 tahun Hari HAM Sedunia yang jatuh pada 10 Desember, dengan melibatkan sekitar 30 narasumber terkemuka dari dalam dan luar negeri termasuk Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Laoly, Wakil Presiden Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa, Muhammadou M.O. Kah, Ketua Sekretariat Kebebasan Beragama Internasional Greg Mitchell, dan Direktur International Center for Law and Religion Studies Brigham Young University (BYU), Brett Scharffs.
(Qur'anul Hidayat)