MALANG - Arek-arek Malang konon pernah dibuat sibuk menghadapi pasukan Belanda dan sekutu pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini karena tentara sekutu mencoba ingin menguasai dan menduduki kembali beberapa wilayah strategis di Jawa Timur.
KH. Moensif Nachrawi, generasi keempat pendiri Masjid Bungkuk Malang menyatakan, banyak orang yang dilatih dan dibekali berperang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Saat itu mereka dibekali dan dilatih di Pondok Pesantren (Ponpes) yang juga dijadikan masjid di Bungkuk, Singosari, Malang.
"Dari Malang juga begitu orang-orang dilatih, dibekali berangkatnya nunggu, diangkut lagi ke front. Yang mati nggak pulang, yang masih hidup ya pulang orang, gitu saja," kata Moensif Nachrawi, dikonfirmasi MPI.
Moensif menambahkan, dari pertempuran 10 November 1945 di Surabaya pertempuran berlangsung sengit. Apalagi setelah komandan pasukan Inggris Jenderal Mallaby tewas oleh bom yang dilemparkan salah satu pemuda Surabaya.
"Di Surabaya (tahun 1945), 47 mulai merangsek ke selatan, itu terakhir di daerah Porong, belum sampai ke selatan, di daerah Singosari, Lawang, belum terjamah Belanda berhenti di sana," kata pria yang juga penasehat Masjid Bungkuk, Singosari, Malang ini.
Dari Lawang itu dikatakan Moensif, Belanda dan sekutu bertahan cukup lama. Sebab jika mau ke selatan aksesnya terhambat imbas blokade dari arek-arek Malang dengan menebangi pohon besar-besar yang di tepi jalan.
"Mau ke selatan itu susah, saat Belanda itu coba dari Lawang ke Singosari itu gagal (masuk) kenapa, karena pohon besar-besar itu dipotong, mobil, tank, nggak bisa lewat, truk-truk nggak bisa lewat," ungkap pria yang juga masih keluarga dari pahlawan nasional KH. Masjkur.
Pada akhirnya Belanda dan sekutunya kemudian mencoba mencari jalan lain. Caranya dengan kembali menarik pasukan kembali ke utara menuju Bandara Juanda yang dikuasai oleh tentara sekutu, kemudian mereka terbang dari Juanda menuju Lapangan Terbang Bugis, yang kini jadi Bandara Abdul Rachman Saleh, Pakis, Kabupaten Malang.
Sedangkan satu pasukan kemudian masuk ke wilayah Malang dengan memutar balik melalui Tretes, saat ini masih Kabupaten Mojokerto. Dari sana kemudian pasukan sekutu bergerak terus ke selatan hingga menembus Pujon. Disebutkan Moensif, di Pujon juga terjadi pertempuran dengan pasukan di bawah pimpinan Abdul Manan Wijaya.
"Kemudian yang dari Lawang itu berangkat ke Tretes (kini masuk Mojokerto) masuk Pujon, di sana terkenal perlawanan namanya Abdul Manan Wijaya. Akhirnya bisa masuk dari Pujon," kata dia.
Selanjutnya yang dari Lapangan Terbang Bugis berhasil merangsak masuk ke Kota Malang melalui daerah Blimbing. Di sana arek-arek Malang sempat memberikan perlawanan cukup sengit mempertahankan kemerdekaan, tetapi akhirnya Blimbing berhasil dikuasai oleh tentara Belanda dibantu sekutu.
"Di Blimbing ada pertempuran hebat di sana, yang ketiga Blimbing itu jatuh yang dikenal sekarang ketika dikabari Kyai Hasyim Asy'ari kaget, (ketika Hasyim Asy'ari) meninggal saat itu mulai Blimbing jatuh," tukasnya.
(Awaludin)