Royal Institute for Inter-Faith Studies (RIIFS) didirikan pada 1994 di Amman, Yordania, sebagai organisasi nirlaba dan non-pemerintah, namun berada di bawah naungan Yang Mulia Pangeran Yordania, El Hassan bin Talal. RIIFS menyediakan tempat untuk studi interdisipliner mengenai isu-isu antar budaya dan antaragama dengan tujuan meredakan ketegangan dan mempromosikan perdamaian, secara regional dan global.
Senada dengan itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena mengatakan Indonesia melalui program literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) yang diadakan Institut Leimena bersama sedikitnya 20 mitra juga berupaya mengarusutakan literasi agama berlandaskan penghargaan harkat dan martabat manusia. Hal itu penting sebagai modal sosial untuk masyarakat damai dan inklusif.
"Program LKLB di Indonesia telah meluluskan hampir 6000 guru dari 34 provinsi di Indonesia," katanya.
Matius menyebut program LKLB menolong agar upaya membangun kerukunan umat beragama tidak semata normatif, sebaliknya benar-benar bisa diaplikasikan di dalam masyarakat.
“Saya sering ikut dialog antar agama yang diikuti sebatas level pengambil kebijakan atau tokoh, namun program LKLB berbeda karena mencoba menerobos ke akar rumput, sampai ke bawah dengan menyasar guru sampai ke murid yang jarang sekali tersentuh dengan program lintas agama,” ujar Matius.
(Rahman Asmardika)