PERTH - Blokade selama dua hari terhadap pelabuhan batu bara terbesar di dunia telah membuat 109 orang ditangkap.
Ratusan aktivis berenang atau menggunakan kayak untuk menduduki jalur pelayaran pelabuhan Newcastle di Australia, untuk memprotes tidak adanya tindakan terhadap perubahan iklim.
Mereka mengklaim gangguan tersebut menghalangi lebih dari setengah juta ton batu bara meninggalkan negara tersebut.
Australia adalah eksportir batu bara terbesar kedua di dunia dan bergantung pada bahan bakar fosil untuk kebutuhan listriknya.
Terletak sekitar 170 km (105 mil) dari Sydney, Pelabuhan Newcastle adalah terminal terpenting di negara ini untuk pengiriman batu bara.
Diperkirakan 3.000 orang dari seluruh Australia mengambil bagian dalam blokade jalur pelayaran selama 30 jam pada akhir pekan, yang telah disetujui oleh polisi.
Namun lusinan pengunjuk rasa tetap berada di dalam air setelah batas waktu protes, memicu 109 penangkapan, termasuk lima anak di bawah umur yang kemudian dibebaskan.
Menurut pernyataan dari kepolisian New South Wales, pada Senin (27/11/2023), 104 orang didakwa atas penolakan mereka meninggalkan jalur pelabuhan.
“Saya melakukan ini demi cucu-cucu saya dan generasi mendatang,” kata Alan Stuart, 97 tahun, yang melanggar tenggat waktu, dikutip BBC.
“Saya sangat menyesal mereka harus menanggung akibat dari kelambanan kami. Jadi, saya pikir adalah tugas saya untuk melakukan apa yang saya bisa,” tambahnya.
Rising Tide - yang mengorganisir aksi tersebut - menyebutnya sebagai "tindakan pembangkangan sipil terbesar terhadap iklim dalam sejarah Australia".
Protes tersebut terjadi hanya beberapa hari menjelang COP28, pertemuan puncak perubahan iklim global tahunan, yang dimulai di Dubai pada Kamis (30/11/2023).
Rising Tide mengatakan pihaknya ingin pemerintahan Anthony Albanese mengenakan pajak atas ekspor batu bara termal dan membatalkan proyek bahan bakar fosil baru.
Australia telah lama dianggap sebagai negara yang lamban dalam perubahan iklim, namun Albanese berjanji untuk "bergabung dengan upaya global" untuk mengurangi emisi ketika ia menjabat pada 2022.
Sejak itu, pemerintahannya telah menetapkan target pengurangan emisi sebesar 43% pada 2030, naik dari komitmen negara sebelumnya sebesar 26-28%. Perbedaan tersebut setara dengan menghilangkan emisi dari seluruh sektor transportasi atau pertanian Australia.
Namun Albanese juga menolak sepenuhnya melarang proyek bahan bakar fosil baru dan telah memberi lampu hijau pada empat tambang batu bara baru sejak Mei lalu, dengan 25 proyek lainnya menunggu persetujuan, menurut Australia Institute.
Anjali Beams, seorang siswa sekolah berusia 17 tahun dari Adelaide yang merupakan salah satu pengunjuk rasa terakhir yang meninggalkan jalur pelayaran Newcastle pada Minggu (26/11/2023), mengatakan ia berisiko ditangkap karena "pengambil keputusan di Australia terus-menerus mengabaikan suara generasi muda".
“Saya tidak akan membiarkan masa depan saya dijual oleh industri bahan bakar fosil demi keuntungan mereka,” ujarnya.
(Susi Susanti)