JENDERAL Kopassus LB Moerdani hanya punya 4 prajurit namun mampu usir pemberontak PRRI/Permesta (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta).
Melansir berbagai sumber, upaya pemberontakan tersebut terjadi di Pekanbaru, Riau pada 1958 silam. Aksi tersebut dipimpin oleh Letkol Ahmad Hussein. Hal ini terjadi sebagai bentuk respons ketidakpuasan daerah atas kebijakan pemerintah pusat.
Tidak ingin masalah bertambah panjang, LB Moerdani atau Benny Moerdani yang saat itu berpangkat Letnan Satu (Lettu) pun diberi tugas untuk mengamankan Kota Pekanbaru.
BACA JUGA:
Dikabarkan saat itu Kota Pekanbaru menjadi sarang pasukan PRRI/Permesta dengan persenjataan lengkap yang berasal dari bantuan luar negeri. Menariknya, untuk mencapai wilayah target, Benny Moerdani harus terjun dari pesawat.
Padahal sebelumnya ia tidak pernah merasakan terjun. Pasalnya, saat rekan-rekannya mendapat pelatihan di Margahayu, Jawa Barat, dirinya tengah sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit.
Berbekal briefing singkat di pinggir landasan oleh Letnan II Soeweno, akhirnya Benny memberanikan diri untuk terjun dari pesawat C-47 Skytrain. Ia pun berhasil mendarat di semak-semak dengan selamat bersama rekannya.

Kisah Prajurit Kopassus Tanamkan Nasionalisme di Papua
Dengan segera, Komandan Kompi A Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau kini bernama Kopassus ini menguasai Lanud Simpang Tiga Pekanbaru dan melakukan penyerbuan. Pasukan pemberontak pun berhasil dipukul mundur, padahal saat itu mereka memiliki perlengkapan perang lebih canggih dari TNI.
Setelah keberhasilan tersebut, Benny Moerdani kembali dipanggil oleh Letkol Udara Wiriadinata untuk ke pusat Kota Pekanbaru karena di sana terdapat markas kegiatan PRRI.
Dengan adanya perintah tersebut, Benny langsung berangkat ke Pekanbaru bersama empat prajuritnya yakni Letda Soeweno, Letda Dading Kalbuadi, Kopral Sihombing, serta liaison officer Sukma. Kelimanya bergerak menggunakan Jeep Willy 44 hasil rampasan PRRI di bandara.