PARIS – Presiden Emmanuel Macron dituduh mengkhianati Republik Prancis setelah ia mengambil bagian dalam upacara Yahudi di dalam kediaman resminya, Istana Elysée.
Di negara yang menganggap sekularisme sendiri dianggap sebagai sebuah agama, penyalaan lilin Hanukkah di dalam Salle des Fêtes yang bersejarah pada Kamis, (7/12/2023) langsung dikecam oleh politisi sayap kanan dan kiri.
BACA JUGA:
Macron telah mengundang Kepala Rabi Prancis, Haïm Korsia untuk menyalakan lilin pertama dari delapan lilin di Hanukkiah, atau tempat lilin, yang menandai dimulainya festival cahaya Yahudi. Kesempatan tersebut merupakan hadiah kepada Macron atas upayanya melawan antisemitisme.
Namun ketika video upacara tersebut muncul tak lama kemudian di media sosial, terjadi kehebohan.
Bagi para pembentuk opini di Prancis, sang presiden telah melakukan kecerobohan besar dengan membiarkan agama masuk ke dalam urusan sekuler kepresidenan.
"Sejauh yang saya tahu, ini adalah pertama kalinya hal ini terjadi. Ini merupakan pelanggaran terhadap sekularisme," kata David Lisnard, tokoh oposisi sayap kanan terkemuka yang juga Wali Kota Cannes, sebagaimana dilansir BBC.
“Elysée bukanlah tempat keagamaan. Anda tidak dapat berkompromi dengan sekularisme,” kata presiden Sosialis wilayah Occitania, Carole Delga.
"Apakah Macron sekarang akan melakukan hal yang sama terhadap agama lain? Ada yang ya, ada yang tidak? Ini adalah spiral yang berbahaya," kata Alexis Corbière dari sayap kiri France Unbowed.