Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Usai 1 Dekade Berlalu, Misi Penjaga Perdamaian PBB di Mali Berakhir

Susi Susanti , Jurnalis-Minggu, 31 Desember 2023 |15:34 WIB
Usai 1 Dekade Berlalu, Misi Penjaga Perdamaian PBB di Mali Berakhir
Pasukan penjaga perdamaian PBB tarik pasukan dari Mali usai bertugas selama 1 dekade (Foto: AFP)
A
A
A

MALI Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelesaikan penarikan mereka dari Mali pada Minggu (31/12/2023), setelah misi jangka panjang yang berlangsung selama satu dekade.

Minusma – Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi – dimulai pada 2013 setelah pemberontakan bersenjata, namun telah diminta untuk keluar oleh pemerintah militer yang berkuasa di negara tersebut.

Kepala misi PBB mengatakan mereka telah melakukan banyak hal namun masih di bawah ekspektasi.

Dengan sekitar 310 penjaga perdamaian terbunuh, Minusma adalah misi PBB yang paling mematikan kedua di dunia, setelah Lebanon.

Pada musim panas, Mali mengatakan kepada PBB bahwa 12.000 pembawa perdamaiannya harus pergi, dan Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk menarik misi tersebut.

Staf PBB telah keluar secara bertahap selama berbulan-bulan, dengan batas waktu 31 Desember untuk penarikan penuh.

Pada Jumat (29/12/2023), media lokal melaporkan bahwa Minusma telah menyerahkan kendali atas salah satu kamp besar terakhirnya di wilayah utara Timbuktu sebelum batas waktu yang ditentukan, demi alasan keamanan.

Timbuktu adalah salah satu dari tiga lokasi yang seharusnya tetap dibuka untuk mengatur akhir misi setelah 31 Desember, namun PBB khawatir dengan kehadiran militan.

El-Ghassim Wane, kepala misi PBB, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ada kesenjangan antara apa yang diamanatkan kepada kami dan apa yang mampu kami lakukan.

“Kami melakukan banyak hal tetapi yang pasti itu di bawah ekspektasi dan di bawah kebutuhan,” tambahnya.

Keamanan di Mali rapuh, dengan aktifnya kelompok Islam bersenjata dan gerakan kemerdekaan.

Pemerintah Mali juga membangun hubungan yang lebih erat dengan Rusia, termasuk dengan mengandalkan kelompok tentara bayaran Wagner, ketika pengaruh Barat menurun.

Misi tersebut dimulai 10 tahun lalu, setelah pemberontak separatis dan pejuang Islam bersatu dan menduduki Mali utara dalam upaya untuk membentuk negara terpisah.

Prancis mengirimkan pasukan untuk mencoba memadamkan pemberontakan, diikuti oleh pasukan penjaga perdamaian PBB.

Ancaman dari militan Islam, yang telah menewaskan beberapa ribu orang dan memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka, terus berlanjut selama bertahun-tahun.

Meskipun terdapat pasukan penjaga perdamaian PBB dan pasukan Perancis yang memimpin operasi kontra-teror, namun jumlah serangan teror di Mali terus meningkat, begitu pula jumlah warga Mali yang bergabung dengan kelompok pemberontak. Prancis mengumumkan penarikan pasukannya tahun lalu.

Seperti diketahui, Mali dipimpin oleh para pemimpin militer setelah dua kudeta pada 2020 dan 2021.

Negara ini sedang berjuang melawan pemberontakan jihadis yang meluas yang membuat sebagian besar wilayah utara dan timur tidak dapat dikendalikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, ISIS di Sahara Besar telah memperoleh kemajuan besar, menduduki sebagian besar wilayah di tenggara Mali.

Banyak wilayah di wilayah tengah juga baru-baru ini mengalami peningkatan kekerasan yang dilakukan oleh militan yang terkait dengan kelompok al-Qaeda dan ISIS.

Pertempuran juga kembali terjadi pada bulan Agustus antara kelompok separatis dan pasukan pemerintah setelah delapan tahun tenang, ketika kedua belah pihak berupaya mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh penarikan pasukan penjaga perdamaian PBB.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement