Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Menegangkan Paspampres Kawal Soeharto Tanpa Rompi Antipeluru Lewati Lembah Sniper di Bosnia

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Jum'at, 12 Januari 2024 |06:04 WIB
Kisah Menegangkan Paspampres Kawal Soeharto Tanpa Rompi Antipeluru Lewati Lembah Sniper di Bosnia
Sjafrie Sjamsoeddin. (Foto: IG @sjafriesjams
A
A
A

ADA kisah menegangkan saat Paspampres mengawal Presiden Soeharto ke Sarajevo, Ibu Kota Bosnia Herzegovina pada 1995. Saat itu, negara pecahan Yugoslavia ini tengah dalam keadaan genting akibat perang saudara dengan Serbia.

Melansir "Pak Harto: The Untold Stories", Komandan Grup A Paspampres Sjafrie Sjamsoeddin membagikan pengalamannya melindungi Presiden Soeharto dari ancaman penembak jitu atau sniper.

Jenderal baret merah Kopassus itu mengungkapkan ketika itu tidak ada satu pun utusan di PBB yang dapat menjamin keselamatan Soeharto ketika hendak ke Bosnia.

Apalagi saat itu pesawat PBB yang membawa utusan khusus PBB Yasushi Akashi ditembak jatuh ketika melintasi langit Bosnia.

Sjafrie lalu menyampaikan informasi tersebut kepada Presiden Soeharto. Namun Soeharto tetap nekat dan bersikeras melanjutkan lawatannya ke Bosnia saat perang masih berkecamuk.

Kebulatan tekad Soeharto mengunjungi Bosnia membuat PBB meminta Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Moerdiono dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Alatas yang juga mendampingi agar membujuk Presiden Soeharto untuk mau menandatangani surat pernyataan yang isinya PBB tidak bertanggung jawab jika selama kunjungannya ke Bosnia terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Tanpa keraguan, Soeharto langsung menandatangani surat tersebut dan melanjutkan perjalanannya ke Bosnia dengan menggunakan pesawat carteran Rusia.

Soeharto sebenarnya pergi membawa misi menengahi konflik serta menunjukkan simpatinya pada umat Muslim di sana yang mengalami penindasan oleh sekelompok etnis. Setelah satu jam perjalanan dari Bandara Kroasia, Soeharto akhirnya tiba di Bandara Bosnia. Namun, ketika sampai di Bosnia, tiba-tiba Soeharto menolak menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan. Bahkan, Soeharto meminta Sjafrie untuk membawakan rompi antipeluru tersebut.

"Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Sjafrie menirukan ucapan Soeharto.

Sikap Soeharto yang terbilang nekat itu membuat abituren Akademi Militer (Akmil) 1974 ini kebingungan.

Sjafrie yang kenyang dengan pengalaman tempur di medan operasi melihat sangat banyak sniper menggunakan amunisi kaliber 12.7 mm di sekitar bandara dalam posisi siap tembak.

Suasana pun semakin mencekam lantaran suara dentuman meriam sangat jelas terdengar. Dengan kemampuannya di bidang intelijen Sjafrie langsung meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dengan yang dipakai Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya. Mantan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) terus menempel Soeharto demi melindungi orang nomor satu di Indonesia ketika itu.

"Ini untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," kata Sjafrie.

Soeharto kemudian disambut Pasukan Kontingen Garuda XIV yaitu prajurit TNI yang bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Bosnia. Soeharto dijemput menggunakan kendaraan lapis baja bertuliskan UN. Sjafrie langsung membawa Soeharto masuk ke kendaraan lapis baja tersebut menuju Istana Kepresidenan Bosnia untuk bertemu Presiden Bosnia Alja Izetbegovic.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement