Berbicara pada Minggu (14/1/2024) malam, Presiden Gudni Johannesson mendesak masyarakat untuk berdiri bersama dan berbelas kasih terhadap mereka yang tidak bisa berada di rumah mereka.
Ahli vulkanologi Evgenia Ilyinskaya mengatakan kepada BBC Breakfast bahwa semenanjung tersebut mungkin sedang memasuki periode letusan yang sering terjadi, yang dikenal sebagai Kebakaran Reykjanes Baru.
Prof Ilyinskaya mengatakan letusan bisa terjadi setiap beberapa bulan atau setahun sekali selama beberapa dekade atau beberapa abad.
Kebakaran Reykjanes adalah serangkaian contoh aktivitas gunung berapi yang intens di semenanjung tersebut pada abad ke-12.
Seperti diketahui, getaran kuat mendahului letusan pada Desember 2023 i sistem vulkanik Svartsengi. Beberapa minggu setelahnya, tembok dibangun di sekitar gunung berapi untuk mengarahkan batuan cair menjauh dari Grindavik, yang merupakan rumah bagi sekitar 4.000 orang.
Perdana Menteri (PM) Katrin Jakobsdottir mengatakan letusan tersebut adalah hari kelam bagi seluruh Islandia, namun menambahkan bahwa ‘matahari akan terbit kembali’.
Letusan pada hari Minggu adalah yang kelima yang terjadi di sepanjang semenanjung Reykjanes sejak 2021.
Islandia terletak di atas apa yang dikenal sebagai Punggung Bukit Atlantik Tengah, batas antara lempeng tektonik Eurasia dan Amerika Utara – dua lempeng tektonik terbesar di planet ini. Islandia memiliki 33 sistem gunung berapi aktif.
(Susi Susanti)