"Puisi ini dibikin di zaman saya saat masih berkuasa. Sekarang kita sudah mengetahui bahwa sudah ada yang mewarisi gaya kepemimpinan saya. Sejelek-jeleknya daripada saya, saya masih punya rasa malu. Diengetken daripada rakyat, cendekiawan, ulama, saya berkenan mundur. Tapi, pewaris daripada saya geget ngawulo waton. Saya punya rasa malu tapi mewarisi daripada sikap saya tidak pula rasa malu," ujarnya membuka pembacaan puisi Widji Thukul.
BACA JUGA:
Butet pun berseru kepada ribuan kader, simpatisan dan masyarakat yang hadir untuk memenangkan Ganjar-Mahfud.
"Tetap perjuanganan, menangkan Ganjar-Mahfud berbakti kepada rakyat," tutupnya.
(Salman Mardira)