NEW YORK – Menurut sebuah studi terbaru, orang-orang yang menyatakan dirinya tidak beragama kini merupakan kelompok terbesar di Amerika Serikat (AS).
Amerika adalah rumah bagi banyak agama, termasuk kepercayaan yang tidak jelas yang jarang Anda temui. Namun tampaknya mereka mengambil langkah menjauh dari agama yang sudah mapan.
Penelitian tersebut, yang dilakukan terhadap 3.300 orang Amerika oleh Pew Research, menyoroti bahwa kelompok yang tidak terafiliasi dengan agama, yang biasa disebut sebagai ‘Nones’, telah menjadi kelompok tunggal terbesar di negara tersebut.
Menurut penelitian tersebut, kelompok None mencakup ateis (mereka yang tidak percaya pada Tuhan), agnostik (mereka yang tidak yakin akan keberadaan Tuhan), dan individu yang mengidentifikasi agama mereka sebagai "tidak ada yang khusus".
Dikutip situs VT, Kelompok ini kini berjumlah 28 persen dari populasi Amerika, melampaui kelompok Katolik (23 persen) dan Protestan Evangelis (24 persen).
Lonjakan jumlah anggota kelompok None patut diperhatikan, yakni naik dari 16 persen pada 2007. Meskipun mereka sama-sama tidak memiliki afiliasi keagamaan, kelompok None menunjukkan keyakinan dan sikap yang beragam.
Ketika ditanya tentang keyakinan mereka, Pew menemukan bahwa banyak orang None yang mengaku percaya pada Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, namun hanya sedikit yang menghadiri ibadah keagamaan. Kelompok ini juga menampilkan beragam pendapat mengenai agama, beberapa di antaranya mengakui potensi bahayanya namun juga mengakui aspek positifnya.
Menariknya, mayoritas masyarakat None mempunyai pandangan positif terhadap sains, sehingga membedakan mereka dari individu yang menganut agama. Namun, mereka menolak anggapan bahwa sains bisa memberikan penjelasan komprehensif atas segala hal.
Implikasi dari tren yang berkembang ini telah memicu diskusi di kalangan para ahli, khususnya di bidang politik. Gregory Smith, peneliti utama studi tersebut menyatakan bahwa secara politik, kelompok None merupakan kelompok yang berbeda dengan kecenderungan liberal dan Demokrat yang kuat.
"Kita tahu secara politis, misalnya, bahwa kelompok None yang beragama sangat berbeda. Mereka merupakan konstituen liberal dan Demokrat yang paling kuat dan konsisten di Amerika Serikat,” terangnya.
Namun, terlepas dari keberpihakan politik mereka, kelompok None menunjukkan keterlibatan masyarakat yang lebih rendah secara keseluruhan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap pola pemungutan suara.
Politisi saat ini sering kali mengacu pada demografi agama yang beragam. Namun pergeseran afiliasi keagamaan di kalangan warga Amerika mungkin akan mendorong para politisi untuk menilai kembali pendekatan mereka di masa depan.
(Susi Susanti)