Sementara dalam falsafah ketimuran, kata Wapres, budaya malu yang dimiliki masyarakat nusantara sejatinya merupakan nilai luhur yang telah tertanam turun-temurun. “Namun, patut disadari bahwa budaya malu dapat luntur, seiring dengan makin kuatnya desakan zaman yang mengaburkan standar-standar etika dan moral masyarakat.”
Oleh karena itu, Wapres berharap agar seluruh pemuka agama, termasuk pemuka agama Konghucu memiliki peran penting dalam membudayakan rasa malu di kalangan umat.
“Ajaran, nasihat, dan edukasi kepada umat terus diperlukan, agar rasa malu dalam diri individu mampu berkembang menjadi sebuah tata nilai komunal, yang mengukuhkan identitas bangsa. Dengan demikian, keteraturan, kerukunan, dan persatuan bangsa ini senantiasa terpelihara,” pungkasnya.
(Fakhrizal Fakhri )