Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Deretan Ramalan Jayabaya: Munculnya Satria Piningit hingga Datangnya Kolobendu dan Kolosubo

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Selasa, 13 Februari 2024 |06:00 WIB
 Deretan Ramalan Jayabaya: Munculnya Satria Piningit hingga Datangnya Kolobendu dan Kolosubo
Ramalan Jayabaya (Foto: dok istimewa)
A
A
A

Dia menjelaskan bahwa Satria Piningit memiliki paras tampan seperti seorang dewa, berwatak tegas.

"Menyebutkan bahwa paras Satria Piningit itu seperti Batara Kresna (tampan, berwibawa) dan berawatak tegas seperti Baladewa," terangnya.

Sementara terkait kata “bersenjata trisula wedha, Masud menduga itu merupakan sebuah kiasan.

“Bersenjata trisula wedha, untuk kalimat yang satu ini sepertinya di maknai secara tersirat, karena tidaklah mungkin Satria Piningit yang dipingit itu membawa trisula kemana-mana, akan terlihat mencolok yang menyebabkan dirinya tidak piningit lagi.

Dijelaskannya, pemaknaan Trisula Wedha secara garis besar bisa di maknai tiga jadi satu, seperti ilmu amal dan iman, atau bumi langit dan isinya, kiri kanan dan tengah. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat mulia yang lekat dengan banyak dewa-dewa Hindu.

Ramalan Jayabaya ini kemudian digubah oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873), pujangga besar keraton Solo.

Salah satu ramalan tersebut adalah mengenai datangnya Jaman Kolobendu, yang secara menurut Candrasengkala, atau angka tahun Jawa, datang pada tahun 1997. Jaman Kolobendu ini akan berakhir dengan datangnya zaman Kolosubo, yang menurut Candrasengkala, bertepatan dengan taun 2025.

Jaman Kolobendu ini digambarkan akan terjadi pertentangan dan permusuhan diantara komponen bangsa, yang disebabkan oleh adu domba oleh “dalang” yang tidak kelihatan, karena berada di belakang layar.

Bait yang mengangkat tentang ramalan ini berbunyi:

Jaman Kolobendu ;

"Entenono Nuswantoro bakal ketampan bendu

Yen wis teko pandito ambuka wiwaranging Neroko

( Condro sengkolo 1997)

Pralambange jago tarung ning njero kurungan

Dalang wayang ngungkurke kelir

Sing nonton podo nangis

Entenono waluyo lan tentrem

Mengko nek wis tumeko

Pendowo Mulat Sirnaning Penganten (Condro sengkolo 2025)"

-Buku Jaman Kolobendu (Ronggowarsito) .Artinya : Jaman Kolobendu (Carut Marut).

"Tunggulah, nusantara akan mendapatkan bencana.

Jika sudah datang tahun 1997

Perlambangnya adalah Ayam jantan Bertarung di dalam kurungannya.

Sang dalang menggelar sandiwara.

Yang menonton menangis.

Tunggulah jaman kemakmuran dan ketentraman.

Nanti jika sudah datang Tahun 2025".

Masud menerangkan bahwa Nusantara akan mendapat bebendu atau bencana. Jika sudah datang tahun 1997 (Pandito Ambuko Wiwaraning Neroko). Pandito, Ambuko = dibuka=bolong= 9, Wiwara = pintu=terbuka= bolong-9, Neroko = 1. Artinya : Condro Sengkolo Tahun 1997.

Pada tahun 1997 Indonesia mengalami bencana ekonomi yang sangat besar, menandai awal datangnya jaman Kalabendu.

Ia memaparkan bahwa Ayam Jantan bertarung dalam kurungan, artinya terjadi banyak permusuhan, perselisihan, dan pertentangan antar anak bangsa.

Sang dalang menggelar sandiwara artinya: Segala kejadian itu ada dalang yang mengaturnya, dalang yang tidak kelihatan atau di belakang layar.

"Yang menonton menangis, artinya: Rakyat yang menjadi korbannya dan sengsara".

Maka tunggulah jaman kemakmuran dan ketentraman, artinya kemakmuran dan ketentraman bangsa akan datang, maka tunggulah kedatangannya. Nanti jika sudah datang

Tahun 2005 (Pendowo Mulat Sirnaning Penganten), Pandowo = 5, Mulat = melihat = mata = 2, Sirno = hilang = 0, Temanten = pengantin= sejodo= 2. Condro Sengkolo Tahun 2025

"Jaman Kolosubo atau jaman kemakmuran dan ketentraman akan datang pada tahun 2025. Kolosubo artine Alembono = diakui dan dihormati oleh dunia," jelasnya.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement