CAPE TOWN - Bau busuk yang menyelimuti Kota Cape Town di Afrika Selatan (Afsel) berasal dari sebuah kapal yang berlabuh di pelabuhan tersebut membawa 19.000 sapi.
"Itu adalah bau busuk terburuk yang pernah saya temui dalam hidup saya," kata Lerato Bashing, warga Cape Town berusia 29 tahun, kepada BBC.
Bau tersebut terlacak dari kapal Al Kuwait yang berlabuh di Cape Town sejak Minggu (18/2/2024) malam.
Pemerintah Kota Cape Town mengatakan pada X masalah bau tersebut sedang ditangani.
Pejabat kota yang bertanggung jawab atas air dan sanitasi, Zahid Badroodien, mengatakan kapal itu dijadwalkan berangkat pada Senin (19/2/2024) malam.
Al Kuwait dijadwalkan menuju ke Irak dari Brasil. Menurut organisasi anti-kekejaman terhadap hewan, NSPCA, hewan tersebut singgah di Cape Town untuk mencari pakan ternak.
Agen-agennya naik ke kapal untuk menilai kondisi kapal.
"Bau ini menunjukkan kondisi buruk yang dialami hewan-hewan tersebut, setelah menghabiskan 2,5 minggu di kapal, dengan penumpukan kotoran dan amonia,” terangnya dalam sebuah pernyataan.
"Ini merusak hari saya karena bahkan ketika saya berada di dalam ruangan, setiap kali lift dibuka, baunya menyebar ke kantor dan tersangkut di tenggorokan saya seperti sisa rasa yang tidak enak," lanjutnya.
Warga lainnya, yang bekerja di dekat pelabuhan, mengatakan kepada BBC bahwa baunya "sangat menyengat" dan mereka terpaksa menutup jendela mobil, meskipun saat itu cuaca sedang panas.
"Baunya sangat buruk seperti yang Anda bayangkan dan saya tidak bisa bernapas," kata mereka.
Namun, warga mengatakan bau busuk tersebut belum sampai ke sisi lain Table Mountain atau pinggiran selatan.
Meskipun penduduk di kota pelabuhan sangat terkena dampaknya, namun banyak yang bertanya-tanya bagaimana nasib para kru karena mereka telah menghabiskan waktu sekitar dua minggu dengan ternak tersebut.
"Saya merasa kasihan kepada para pekerja di kapal induk yang harus berada di sekitar kapal tersebut setiap hari dan juga bagi hewan-hewan," terang Bashing.
NSPCA mengambil kesempatan ini untuk menegaskan kembali sikap tegasnya terhadap ekspor hewan hidup melalui laut.
Seperti diketahui, kelompok ini meluncurkan kampanye pada 2019 untuk menghentikan praktik tersebut.
NSPCA mengatakan metode perdagangan ini menyebabkan rasa sakit, penderitaan dan kesusahan bagi banyak hewan.
(Susi Susanti)