“Saya pikir kami mengirimkan pesan yang sangat kuat melalui serangan kami, dan kami akan terus melakukannya jika diperlukan, dan kami akan melakukannya pada waktu dan tempat yang kami pilih,” lanjutnya.
Antisipasi kembalinya USS Bataan berarti AS tidak memiliki kapal perang yang mampu mengoperasikan jet tempur di Laut Mediterania timur untuk pertama kalinya sejak Oktober. Kelompok Bataan terdiri dari 4.000 pelaut dan Marinir, sekitar 2.000 di antaranya merupakan bagian dari MEU ke-26 dan membawa lebih dari 24 pesawat sayap tetap dan sayap putar.
AS masih memiliki kapal perusak berpeluru kendali di Laut Mediterania timur dan kapal perang lain di dekatnya yang dapat dikirim ke wilayah tersebut jika diperlukan. Kelompok penyerang kapal induk USS Dwight D. Eisenhower saat ini beroperasi di Laut Merah. Jet tempur F/A-18 Angkatan Laut dari kapal induk dan kapal perusak dari kelompok tersebut telah melakukan beberapa serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman, serta berulang kali mencegat peluncuran Houthi terhadap kapal komersial dan angkatan laut. Dalam beberapa kesempatan, AS juga menghancurkan drone maritim.
Tak lama setelah tanggal 7 Oktober, Menteri Pertahanan Lloyd Austin memerintahkan kelompok penyerang kapal induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania timur. Beberapa hari kemudian, kelompok penyerang kapal induk USS Dwight D. Eisenhower dikerahkan dari AS dan menuju wilayah tersebut. Kelompok amfibi USS Bataan yang sudah berada di Teluk Oman sebagai bagian dari upaya menghalangi agresi Iran, juga dikirim ke perairan dekat Israel.
Hal ini menempatkan tiga kelompok besar kapal perang, termasuk ribuan pelaut dan pasukan tanggap Marinir, di Timur Tengah pada saat yang sama, merupakan konsentrasi besar pasukan AS dalam menanggapi perang di Gaza.
(Susi Susanti)