IRAN – Pemungutan suara sedang berlangsung di Iran saat negara tersebut mengadakan pemilu pertama sejak protes anti-pemerintah pada 2022.
Pemilu yang digelar pada Jumat (1/32024) dilihat sebagai ujian penting terhadap legitimasi dan dukungan nasional terhadap kepemimpinan Iran. Namun jumlah pemilih diperkirakan rendah.
Sikap apatis pemilih masih tinggi menyusul masa kerusuhan setelah kematian seorang perempuan muda yang ditahan oleh polisi moral karena mengenakan jilbab yang “tidak pantas”.
Lebih dari 61,2 juta orang berhak memilih. Dua pemungutan suara terpisah akan dilaksanakan pada Jumat (1/3/2024), satu untuk memilih anggota parlemen berikutnya, dan satu lagi untuk memilih anggota Majelis Ahli.
Majelis tersebut memilih dan mengawasi tokoh dan panglima tertinggi Iran, pemimpin tertinggi yang membuat keputusan penting mengenai isu-isu penting bagi pemilih, seperti kebebasan sosial dan kondisi ekonomi.
Pada Kamis (29/2/2024), Pemimpin Tertinggi saat ini Ayatollah Ali Khamenei yang telah menjabat posisi tersebut selama lebih dari tiga dekade, mendorong para pemilih untuk memberikan suara mereka.
“Menahan diri untuk tidak memberikan suara tidak akan menyelesaikan apa pun,” katanya, dikutip BBC.
Menjelang pemilu, media pemerintah berusaha mendorong pemungutan suara dan membangun antusiasme dengan menayangkan lusinan acara khusus pemilu dan menciptakan saluran-saluran baru untuk memberikan waktu tayang bagi para kandidat.