MYANMAR - Setidaknya 12 warga sipil tewas di Myanmar ketika peluru artileri mendarat di sebuah pasar yang sibuk di Negara Bagian Rakhine bagian barat. Insiden ini terjadi ketika pasukan militer dan anti-junta yang berkuasa saling menyalahkan atas kekerasan terbaru yang mengguncang negara Asia Tenggara tersebut.
Kelompok pemberontak Arakan Army (AA) yang beroperasi di Negara Bagian Rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh, mengatakan bahwa sebuah kapal perang militer di lepas pantai kota pelabuhan Sittwe menembakkan peluru ke pasar Myoma pada Kamis (29/2/2024), menewaskan 12 orang dan melukai lebih dari 80 orang.
Junta menerbitkan pernyataan di saluran TV pemerintah Myawaddy, mengklaim bahwa peluru tersebut ditembakkan oleh AA. Namun pihaknya tidak mengkonfirmasi jumlah korban.
Reuters tidak dapat memverifikasi insiden tersebut secara independen. Sittwe dan kota-kota lain di Rakhine menghadapi pemadaman informasi karena junta kembali menerapkan pembatasan internet dan data seluler di negara bagian tersebut.
Myanmar telah terjebak dalam siklus kekerasan sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih dalam kudeta pada 2021. Junta sejak Oktober 2023 berada dalam pergolakan tantangan terbesar terhadap kekuasaannya, setelah kelompok pemberontak bersenjata melancarkan serangan terkoordinasi terhadap pos-pos militer di beberapa negara bagian di seluruh negeri.
Di Rakhine, konflik antara AA dan junta semakin meningkat, dengan pertempuran terfokus di dekat ibu kota negara bagian, Sittwe, yang merupakan pelabuhan penting dan pusat perdagangan di Teluk Benggala.
Seorang juru bicara kelompok etnis bersenjata mengatakan AA telah mengusir pasukan junta dari setidaknya lima kota termasuk Paletwa, sebuah pos perdagangan utama, dan Ponnagyun, hanya 34 km (21 mil) dari Sittwe.
(Susi Susanti)