Usulan terbaru Ben-Gvir menimbulkan kekhawatiran di Yerusalem. Mustafa Abu Sway, anggota dewan penasihat Masjid Al-Aqsa, mengatakan sangat mengecewakan melihat kompleks tersebut digunakan sebagai alat politik, sebuah pendekatan sayap kanan terhadap ekstremisme.
Ini adalah nasionalisme dalam arti yang sangat menyimpang. Itu adalah masjid, tempat suci," kata Abu Sway.
"Al Aqsa harus tetap berada di luar politik dalam negeri Israel," tambahnya. Abu Sway mencatat bahwa intifada kedua, atau pemberontakan rakyat, terjadi setelahnya.
Kunjungan Ariel Sharon ke Al Aqsa pada bulan September 2000, yang saat itu sedang mencalonkan diri sebagai perdana menteri. Kerusuhan dimulai keesokan harinya dan kerusuhan lima tahun pun dimulai. Itu adalah taktik kampanye dan berhasil, kata Abu Sway, ketika Sharon terpilih pada tahun berikutnya.
(Susi Susanti)