Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

6 Fakta Perang Sarung di Malang, Ada yang Bawa Golok

Avirista Midaada , Jurnalis-Minggu, 17 Maret 2024 |17:39 WIB
6 Fakta Perang Sarung di Malang, Ada yang Bawa Golok
Polisi amankan sejumlah barang bukti perang sarung di Malang (Foto : MPI)
A
A
A

 

MALANG - Warga Malang digegerkan dengan upaya perang sarung yang dilakukan antar kelompok atau geng remaja. Perang sarung ini bahkan telah disepakati oleh kedua geng, tapi berhasil digagalkan oleh warga dan kepolisian yang sigap.

Berikut adalah sejumlah fakta perihal aksi perang sarung yang digagalkan warga:

6. Dilakukan dua kelompok remaja

Perang sarung di Malang diketahui dilakukan oleh dua kelompok remaja. Mereka beranggotakan 10 - 15 orang dalam satu kelompoknya, dimana mayoritas masih berusia anak di bawah umur, yang berstatus pelajar SMP hingga SMA.

"Hasil interogasi dari masing-masing kelompok ada 10 - 15 anak. (Semua remaja itu) Masih satu kelurahan," ujar Kapolsek Lowokwaru Kompol Anton Widodo.

5. Janjian perang sarung

Aksi perang sarung ini dilakukan usai kedua kelompok remaja itu sepakat janjian. Mereka berjanji bertemu pada Rabu malam (13/3/2024) sekitar pukul 19.00 WIB di area sekitar futsal Widyagama, Jalan Borobudur, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Kapolsek Lowokwaru Kompol Anton Widodo menuturkan, kedua kelompok sepakat berkumpul pada titik yang ditentukan di sekitar futsal Widyagama, pada Rabu malam. Hasil ini setelah kepolisian melakukan pendalaman usai mengamankan dua anak yang tertinggal di Balai RW 3, tak jauh dari sekitar futsal Widyagama, Jalan Borobudur.

"Hasil pemeriksaan ke mereka, karena mereka juga sama-sama punya kelompok, dan fenomena yang selalu terjadi bulan Ramadan perang sarung. Makanya dia mengajaknya ya sudah perang sarung saja," kata Anton.

4. Warga gagalkan aksi perang sarung

Aksi perang sarung ini terbongkar usai warga yang curiga melihat sejumlah anak muda berkumpul. Saat itu waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB, Rabu malam (13/3/2024). Saat ditanya para remaja itu justru kabur hingga dikejar oleh warga.

"Saat kembali ke titik kumpul masing-masing itulah, warga mengamankan dua anak dan kami datang usai mendapat laporan," ungkap Anton Widodo.

Dari keterangan dua orang inilah polisi akhirnya mengembangkan hingga menemukan 12 orang anak yang dimintai keterangan bersama orang tuanya di Mapolsek Lowokwaru.

3. Satu remaja jadi tersangka bawa sajam

Polisi terpaksa mengamankan satu dari 12 orang remaja yang akan terlibat perang sarung. Satu remaja berinisial RE diamankan usai membawa senjata tajam (sajam) jenis golok dan potongan besi, yang dibungkus dengan sarung.

Kapolsek Lowokwaru Kompol Anton Widodo menjelaskan, ketika kedua kelompok itu sepakat bertemu untuk perang sarung, RE melihat calon lawannya dari geng lain memiliki postur besar-besar. Hal ini menimbulkan ada niatan mengambil senjata tajam (sajam) berupa golok dan potongan besi, yang dimasukkan ke dalam sarung.

"Mereka kumpul mulai setelah maghrib, mereka berkumpul, si RE ini merasa melihat musuhnya kok agak besar-besar, khawatir nantinya dirinya kalah, pulang dulu ke rumah, mengambil golok sama peralatan ini, disimpan di dalam jok," paparnya.

"Terhadap anak yang kedapatan membawa senjata tajam akan kita lakukan proses hukum, nanti kami bersama unit PPA Satreskrim Polresta Malang Kota, untuk melakukan proses hukumnya," imbuhnya.

2. Motif sepele perang sarung

Percobaan perang sarung ini disebabkan adanya bullying yang menimpa remaja berinisial GT, yang diceritakan ke RE yang dilakukan oleh remaja lain berinisial PT.

Kapolsek Lowokwaru Kompol Anton Widodo mengatakan, berawal tanggal 11 saat ada anak berinisial GT bercerita ke temannya ke RP, bahwa ia dirundung dan diejek usai kalah bermain game Free Fire. Kemudian RP mengonfirmasi hal itu ke salah satu anak yang mem-bully itu berinisial PT.

"RP konfirmasi ke anak yang mem-bully itu, kenapa kamu mem-bully teman saya. Akhirnya si GT, yang ditemui di RP bercerita ke LT, bahwa dia didatangi sama si RP," ujar Anton.

Hasil keterangan dari 12 anak yang sempat diamankan juga membenarkan adanya informasi kekalahan dalam permainan game online Free Fire (FF), jadi penyebabnya. Dimana salah satu dari anggota geng remaja itu ada yang di-bully usai kalah bermain game virtual.

"Hasil interogasi dari masing-masing kelompok ada 10 - 15 anak. (Semua remaja itu) Masih satu kelurahan. Penyebabnya dibully karena dia main game FF (Free Fire), begitu kalah terus saling olok-olokan," terangnya.

1. Belasan remaja dibina

Selain menetapkan satu orang remaja sebagai tersangka karena membawa sajam dan potongan besi, polisi bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat bekerjasama melaksanakan pembinaan ke 11 orang anak yang akan terlibat perang sarung.

"Kita lakukan pembinaan baik dari tokoh masyarakat, ada di sini bapak ustad warga di sekitar lokasi untuk memberikan siraman rohani. Ini kan bulan suci artinya perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan ini melanggar hukum juga," terang Kapolsek Lowokwaru.

Anton memastikan bahwa perang sarung itu belum terjadi karena dapat dicegah oleh warga, kemudian melaporkan ke polisi. Polisi sendiri bekerjasama dengan perangkat kelurahan, RT RW, hingga tokoh agama dan tokoh masyarakat, telah melaksanakan pembinaan ke anak tersebut dan orang tuanya.

"Kami bekerja sama dengan Pak babin dan Pak Babinsa, kelurahan, perangkat RT RW, tokoh agama dan tokoh masyarakat, melakukan pembinaan supaya kegiatan mereka diisi dengan hal-hal yang positif," bebernya.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement