Politisi dari kiri dan kanan menyatakan kemarahannya karena karier seorang guru yang dihormati harus diakhiri dengan kampanye kebencian di Internet.
“Pemerintah ini tidak mampu melindungi sekolah-sekolah kita,” kata Marine Le Pen dari National Rally on X yang berhaluan sayap kanan, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“Ini adalah kekalahan bagi negara dan penyakit Islamisme semakin meluas,” kata keponakannya, Marion Maréchal, dari partai saingannya, Reconquest, yang berhaluan sayap kanan.
"Di sinilah Anda berakhir ketika kebijakan Anda adalah 'jangan membuat gelombang'. Di sinilah semua penyerahan diri kecil-kecilan akan mengarah pada hal tersebut," ujar Bruno Retailleau dari Partai Republik berhaluan kanan-tengah.
"Ini tidak bisa diterima. Ketika seorang kepala sekolah mengundurkan diri karena ancaman pembunuhan, itu adalah kegagalan kolektif," kata Boris Vallaud dari Partai Sosialis.
Dalam perkembangan terpisah, beberapa sekolah di Paris terpaksa ditutup pada Rabu (27/3/2024) setelah mereka menerima ancaman bom dari kelompok Islam.
Pekan lalu sekitar 30 sekolah lain di wilayah Paris menerima ancaman serupa, disertai video pemenggalan.
Meskipun para penyelidik wajib menanggapi ancaman tersebut dengan serius, mereka tidak dapat mengesampingkan bahwa ancaman tersebut merupakan bagian dari kampanye disinformasi Rusia.
Perdana Menteri (PM) Gabriel Attal awal bulan ini memperingatkan bahwa Kremlin telah memulai usaha destabilisasi besar-besaran untuk melemahkan dukungan Prancis terhadap Ukraina.
(Susi Susanti)