Saat itu delegasi keraton-keraton yang dipimpin oleh para patih datang menyampaikan "penghormatan" kepada gubernur-jenderal yang baru itu. Pendahulu Wiese, Pieter Engelhard, tampaknya telah mengatur hadiah khusus ini, tetapi jika betul demikian, hal itu tidak disebut- sebut dalam sumber-sumber Belanda.
Mungkin penulis babad Keraton Yogyakarta telah mengacaukannya dengan pinjaman pribadi sebanyak 50.000 gulden Hindia Belanda, yang diterima oleh Engelhard dari sultan untuk menutupi kekurangan dana anggaran selama dua masa jabatannya sebagai Residen Yogyakarta.
Walaupun perincian lengkap sulit diperoleh, jelaslah bahwa Daendels sudah memulai proses yang kemudian disempurnakan oleh Inggris, sebuah bangsa yang semestinya mendapat hadiah nomor satu, sebagai pencuri dan perampok selama pemerintahannya yang singkat, 5 tahun antara 1811-1816, di Jawa.
(Awaludin)