JAKARTA – Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI) Marsekal Madya TNI Samsul Rizal menegaskan pertahahan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi keutamaan bagi Indonesia. Posisi IKN saat ini mendekat ke ancaman konflik di Utara, meski Indonesia tidak terlibat langsung tapi efek dan dampak konflik akan mempengaruhi.
Jenderal bitang tiga ini menganalisis, ada tiga proyeksi ancaman bagi Indonesia di sekitar IKN. Pertama, militerisasi Pulau di Laut China Selatan oleh China. Kedua, pembukaan kembali pangkalan AS di Filipina, dan ketiga, ketegangan di Taiwan.
“Perpindahan ibu kota membawa Center of Gravity (CoG) Indonesia mendekat ke berbagai proyeksi ancaman yang ada di Utara. Tidak secara langsung terlibat, tapi efek dampak dari konflik itu akan mempengaruhi,” kata Marsdya TNI Samsul Rizal saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) 'Konsep Strategi Pertahanan dan Keamanan IKN berbasis The Smart Defense and Security 5.0' di Jakarta, Rabu (3/4/2024).
Samsul Rizal mengatakan bahwa saat ini konflik telah mengalami peralihan dan memasuki peperangan generasi kelima yang menekankan pada aksi militer non-kinetik, seperti rekayasa sosial, mis-informasi, serangan siber, dan artificial intelligence (AI) yang sepenuhnya otonom.
Sehingga konsep Revolution Military Affaris (RMA) yaitu perubahan paradigma dalam karakter dan bagaimana perang dijalankan, dengan ciri penggunaan teknologi baru ke dalam sistem militer yang digabungkan dengan konsep operasional yang inovatif dan adaptasi organisasional.
“RMA bukan hanya penggunaan teknologi mutakhir di dalam sistem militer, melainkan melibatkan adanya perubahan mendasar dalam doktrin dan organisasi yang sesuai dengan perubahan tersebut," ujarnya.
Konsep smart security and smart defense, jelas Samsul Rizal, dari sisi smart security adalah penerapan teknologi informasi, combat cloud, operasi lintas medan dan fusi (penyatuan). Sementara dalam aspek smart defense terdiri dari informasi, penginderaan, serangan, dan komando. Implementasinya, adalah akuisi kekuatan utama yang dapat menghasilkan efek deterrence merupakan hal krusial.
Alusista yang diakuisisi harus harus berbasis teknologi terkini. Penggunaan alutsista secara integratif dan kolaboratif. Penggunaan alutsista yang yang dapat digunakan secara lintas matra dapat memaksimalkan fungsi dan kegunaan alusista.
“Penggunaan smart defense melalui integrasi sistem dan penggunaan alusista kolaboratif dapat menciptakan efisiensi anggarn dari alutsista, menyeimbangkan penangkalan potensi ancaman dan pemberian ruang fiskal,” paparnya.