Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Proklamator Bung Karno Lelang Peci untuk Zakat Fitrah hingga Sedekah

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Sabtu, 13 April 2024 |08:00 WIB
Kisah Proklamator Bung Karno Lelang Peci untuk Zakat Fitrah hingga Sedekah
Bung Karno (Foto: Dok Istimewa/Okezone)
A
A
A

 

JAKARTA - Proklamator sekaligus Presiden pertama Indonesia Soekarno melawati banyak penderitaan dalam hidupnya, termasuk soal ekonomi. Tak hanya masa kecilnya yang serba kekurangan, Bung Karno juga ternyata pernah sampai tak punya ongkos untuk lebaran.

Solusinya cukup unik, sahabatnya lantas melelang peci milik Sang Proklamator.

Soekarno memadupadankan penampilannya memakai baju safari dengan peci hitam yang selalu dikenakannya. Bagi Soekarno, memakai peci membuatnya dekat dengan rakyat. Bung Karno juga punya ciri khas, yakni memakai peci dengan posisi agak miring.

Kisah soal lelang peci ini diceritakan dalam buku “Suka Duka Fatmawati Sukarno” yang ditulis Kadjat Adrai. Saat itu menjelang Lebaran, Bung Karno menemui mantan Menteri Luar Negeri Roeslan Abdoelgani untuk berhutang uang.

“Cak, tilpuno Anang Tayib. Kondo’o nék aku gak duwé dhuwik (Cak teleponkan Anang Tayib bilang aku ga ada uang),” tutur Soekarno.

Anang adalah keponakan Roeslan yang tinggal di Gresik. Anang merupakan pengusaha peci merek Kuda Mas yang sering dikenakan Soekarno. Kemudian Roeslan Abdoelgani malah meminta peci bekas soekarno untuk dilelang.

“Beri aku satu peci bekasmu. Saya akan lelang,” kata Roeslan.

“Bisa laku berapa, Cak?” tanya Soekarno.

“Wis tala, serahno aé soal iku nang aku. Sing penting bèrès (sudahlah, serahkan saja soal itu pada saya. Yang penting beres),” sahut Roeslan.

Roeslan pun lalu menyerahkan kepada Anang satu peci bekas dipakai Soekarno. Roeslan kaget karena jumlah peserta lelang begitu banyak yang mana semuanya pengusaha asal Gresik dan Surabaya. Tapi yang membuatnya sangat terkejut ternyata Anang melelang tiga peci.

“Saudara-saudara, sebenarnya hanya satu peci yang pernah dipakai Bung Karno. Tetapi saya tidak tahu lagi mana yang asli. Yang penting ikhlas atau tidak?” tanya Anang.

“Ikhlas!!!” seru para peserta lelang.

“Alhamdulillah,” sahut Anang.

Dalam waktu singkat terkumpul uang Rp10.000.000. Semua uang itu segera diserahkan Anang kepada Roeslan.

“Asliné lak siji sé (Yang asli cuma satu ‘kan),” kata Roeslan.

“Iya. Sebenarnya dua peci yang akan saya berikan untuk Bung Karno,” kata Anang.

“Tapi kedua peci itu jelek,” ungkap Roeslan.

“Memang sengaja saya buat jelek. Saya ludahi, saya basahi, saya kasih minyak, supaya kelihatan bekas dipakai,” sahut Anang.

“Koen iki kurang ajar Nang, mbujuki wong akèh (Kamu kurang ajar Nang. Nipu banyak orang),” tutur Roeslan.

“Nék gak ngono gak olèh dhuwik akèh (Kalau nggak begitu mana mungkin bisa dapat banyak uang),” jawab Anang.

Roeslan kemudian menyerahkan semua uang hasil lelang kepada Soekarno. Soekarno pun heran dengan hasil lelang pecinya.

“Cak, kok akeh dhuwiké (Banyak banget uangnya)?” Bung Karno kaget.

“Iku akal-akalané Anang (Itu semua akal-akalannya Anang),” jelas Roeslan. Dia pun menceritakan bagaimana cara Anang menggandakan peci.

“Kurang ajar Anang. Nék ngono sing dosa aku apa Anang (Kalau begitu yang berdosa saya)?” tanya Bung Karno.

“Anang,” sahut Roeslan.

”Dhuwik sakmono akèhé jangé digawé apa Bung (Uang begitu banyak akan digunakan untuk apa Bung)?” tanya Roeslan.

“Gawé zakat fitrahku. Gowoen kabèh dhuwik iki nang makam Sunan Giri. Dumno nang wong-wong melarat nok kono (Untuk zakat fitrahku. Bawa semua uang ini ke makam Sunan Giri. Bagikan pada orang-orang miskin di sana),” kata Bung Karno.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement