Tentu bukan untuk menyelamatkan kera merah, tapi disusupkan ke sumber kekuasaan. Tentang sosok Budak Buncireung ini, Tim Sawala Kandaga Kalang Sunda (SKKS) menduga bila ia menyusup ke dalam kekuasaan.
Hipotesis ini mungkin ada benarnya, sehingga konflik horisontal jadi mudah tersulut. Budak Buncireung melaksanakan tugasnya menjadi provokator, memecah belah persatuan, menggugat-gugat kebhinekaan dan mengadu domba antar anak bangsa.
Kelanjutan naskah Wangsit Siliwangi yang bersumber dari Jagatsatu 6 ini dengan jelas menggambarkan hipotesis di atas melalui ungkapan “hiruk-pikuk kemudian menjadi berkelahi, diprovokasi kera merah, yang meniru-niru kera hitam, lidah menghitam, penglihatan menghitam, tapi hati dan keinginan tetap merah.
Keinginan untuk memerahkan dunia ini”. Kondisi keributan ini berubah menjadi chaos. Beda sesembahan, beda aliran, beda mazhab pun bisa menyebabkan perkelahian.
(Salman Mardira)