Pakar iklim mengaitkan curah hujan ekstrem di Rio Grande do Sul dengan pertemuan gelombang panas yang disebabkan oleh fenomena El Niño tahun ini, yang menghangatkan perairan Pasifik dan membawa hujan ke Brasil bagian selatan; cuaca dingin yang lebih lemah disertai hujan dan angin kencang yang datang dari Antartika; dan kehangatan yang tidak biasa di Atlantik juga meningkatkan kelembapan.
Marcelo Schneider, peneliti Institut Meteorologi Nasional (Inmet), mengatakan pemanasan global memperburuk fenomena ini dan memperparah dampak antar sistem, sehingga membuat cuaca tidak dapat diprediksi.
Di Porto Alegre, kota berpenduduk 1,3 juta jiwa, jalan-jalan di pusat kota terendam air setelah Sungai Guaiba meluap dan mencapai rekor ketinggian air.
Penduduk Porto Alegre menghadapi rak-rak supermarket yang kosong dan pompa bensin yang tutup, dengan toko-toko yang menjatah penjualan air mineral. Pemerintah kota mendistribusikan air dengan truk ke rumah sakit dan tempat penampungan.
Banjir juga berdampak pada layanan air dan listrik, dengan lebih dari 1,4 juta orang terkena dampaknya secara keseluruhan, menurut Pertahanan Sipil.
Hampir setengah juta orang hidup tanpa aliran listrik di Porto Alegre dan kota-kota sekitarnya ketika perusahaan listrik memutus pasokan demi alasan keamanan di lingkungan yang dilanda banjir. Operator jaringan listrik nasional ONS mengatakan lima bendungan pembangkit listrik tenaga air dan jalur transmisi ditutup karena hujan lebat.
Bandara kota tersebut, yang apronnya terendam air, telah menangguhkan semua penerbangan sejak Jumat (3/5/2024).
(Susi Susanti)