Rencana penyerangan tersebut dibatalkan setelah Raja Tarusbawa dari Sunda mengirim surat kepada Sri Jayanasa, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana tersebut. Tarusbawa berargumen bahwa tindakan Sri Jayanasa akan menciptakan kesan bahwa penolakan pinangan oleh Ratu Shima menjadi alasan untuk menyerbu Kalingga.
Surat dari Tarusbawa berhasil membujuk Sri Jayanasa untuk membatalkan rencananya, dan kapal-kapal Kalingga yang sempat ditahan oleh Sriwijaya akhirnya dilepaskan setelah hartanya dirampas.
Potong Kaki Putranya Sendiri
Ratu Jay Shima terkenal adil dan jujur. Bahkan, tak segan melakukan tindakan keras terhadap putranya sendiri atas sebuah pelanggaran kecil.
Dalam buku "Perempuan - Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa" karya Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, dikisahkan bahwa kabar mengenai kejujuran dan ketegasan Ratu Jay Shima sampai ke telinga Raja Ta-che dari China.
Raja Ta-che mengirim utusan ke Kalingga dengan misi rahasia. Mereka diam-diam menaruh pundi-pundi emas di tempat ramai dekat pasar.
Bertahun-tahun kemudian, pundi-pundi emas itu tetap tidak tersentuh, tidak ada yang berani mengambil, membuka, atau memindahkannya.
Suatu hari, putra tertua Ratu Jay Shima sedang berjalan di pasar dan secara tidak sengaja menyenggol pundi-pundi emas tersebut. Mengetahui hal ini, utusan Raja Ta-che segera melapor kepada pemerintah Kalingga.
Setelah menerima laporan, Ratu Jay Shima memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada putranya. Namun, beberapa penasihat kerajaan tidak setuju dengan keputusan tersebut dan mengajukan pembelaan untuk sang putra mahkota.