Pada konteks mendampingi napiter perempuan itu, Asron tak segan mengajak istrinya. Tentu setelah semua risiko diminimalisir dan juga istri dengan senang hati membantu.
Pendampingan melibatkan istri dilakukannya agar lebih mudah berkomunikasi dengan mereka. Sebab, seringkali kenyamanan perlu dibangun agar komunikasi bisa berjalan lancar. Salah satunya mendampingi mengurus dokumen hingga ijazah pondok pesantren tempat para mantan itu sempat belajar sebelum ditangkap karena kasus terorisme.
“Mereka yang perempuan (mantan napiter) akan lebih nyaman jika didampingi sesama perempuan. Atau juga ketika mendampingi istri napiter ketika ingin membesuk suaminya yang dipenjara,” jelasnya.
Saat bekerja di lapangan, Asron menyebut tentu juga berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait. Selain tentu saja satu timnya, juga koordinasi dengan Polres, Densus 88, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) maupun instansi terkait lainnya.
Ingin Para Mantan Mandiri Ekonomi
Asron bercerita dari para mantan napiter maupun keluarganya yang dia dampingi, rata-rata mengalami kesulitan ekonomi. Paska-bebas penjara, mereka tentu sulit memperoleh pekerjaan dengan stigma yang masih melekat kuat.