SEMARANG – Bekerja mendampingi para mantan narapidana terorisme (napiter) di wilayah Jawa Tengah punya dinamika sendiri di lapangan. Sebab, tak hanya mantan napiter saja yang didampingi, namun keluarganya juga tak luput harus pula mendapatkan perhatian.
Seringkali, selain waktunya yang hampir 1x24 jam harus stanby, beberapa pekerjaan yang ada juga mau tak mau harus dilakukan “di luar panggilan tugas”. Bahkan, sampai melibatkan istri dan keluarga untuk upaya pendampingan kepada mereka, agar mereka tak kembali ke lingkaran kelompok lamanya.
Itulah yang dilakukan Aiptu Asron anggota Direktorat Intelijen dan Keamanan (Dit Intelkam) Polda Jateng. Bertahun-tahun, Asron “melekat” kepada mereka, mulai dari tokoh kondang mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) macam Abu Bakar Baasyir (ABB) hingga mereka yang dulunya bergabung kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD). Dua kelompok itu punya karakteristik berbeda, sehingga perlu penanganan yang berbeda pula di lapangan.
“Prinsipnya bekerja di bidang ini harus ikhlas, humanis dan menyenangi pekerjaan ini,” kata Asron saat ditemui MNC Portal pekan lalu di Kota Semarang, dikutip Senin (10/6/2024).
Dia menceritakan pengalamannya ketika sehari jelang Pilpres Rabu 14 Februari 2024 lalu. Selasa malam-malam, ponselnya berdering, Ustaz Abdurrahim Baasyir alias Ust. Iim menghubunginya. Intinya mengabarkan dia bersama keluarga dan sang ayah yakni Ust. ABB akan ikut Pilpres di sekitar Ngruki, Kabupaten Sukoharjo.
“Subuh-subuh saya langsung meluncur ke sana, mendampingi beliau dan keluarganya,” sambungnya.
Tak jarang, Asron bercerita dia juga mendapatkan perlakuan “tidak mengenakan” dari para mantan napiter terutama dari mereka yang masih “merah” alias masih keras, penuh kebencian. Seperti disebut “thogut”. Namun, itu tak menyurutkan langkahnya tetap berusaha melayani mereka dengan baik.