Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kelompok Garis Keras Dominasi Kandidat Presiden Iran

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 12 Juni 2024 |16:16 WIB
Kelompok Garis Keras Dominasi Kandidat Presiden Iran
Kelompok garis keras dominasi kandidat presiden Iran (Foto: EPA)
A
A
A

IRAN – Dewan Wali Iran telah menyetujui enam kandidat untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden bulan ini.

Hampir semuanya adalah kelompok Islam garis keras yang dekat dengan pemikiran Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Badan konstitusional tersebut memeriksa 80 orang yang mendaftar untuk mencalonkan diri pada tanggal 28 Juni mendatang sesuai dengan kepercayaan agama dan revolusioner mereka.

Tampaknya mereka telah menyetujui calon-calon yang ingin membentuk kelompok garis keras untuk mempertahankan kursi kepresidenan setelah kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter pada bulan lalu.

Salah satu kandidat terdepan adalah Saeed Jalili, mantan sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dan negosiator nuklir yang dianggap favorit Ayatollah Khamenei.

Saat menjabat sebagai ketua tim perundingan nuklir Iran, Jalili berulang kali menghalangi perundingan dengan lima negara besar sementara Iran memajukan program nuklirnya.

Dia dipandang oleh banyak orang sebagai ideolog Islam garis keras yang membosankan dan tidak memiliki pengalaman eksekutif.

Ketua Parlemen saat ini, Mohammad Baqer Qalibaf, adalah kandidat lain yang mempunyai peluang bagus.

Dia adalah orang dalam rezim dan mantan jenderal Garda Revolusi yang juga menjabat sebagai kepala polisi dan walikota Teheran.

Salah satu dari keduanya mungkin memutuskan untuk meninggalkan perlombaan pada menit-menit terakhir agar tidak membagi suara.

Tiga kandidat lainnya yakni Wali Kota Teheran Alireza Zakani, Wakil Presiden Amirhossein Qazizadeh Hashemi dan Mostafa Pourmohammadi juga merupakan tokoh garis keras dari berbagai corak.

Pourmohammadi adalah mantan menteri kehakiman dan dalam negeri yang bersama dengan mendian tercatat sebagai anggota “Komite Kematian” yang menyetujui eksekusi ribuan tahanan politik pada akhir tahun 1980an.

Pengecualian bagi kelompok garis keras adalah Massoud Pezeshkian, anggota parlemen Tabriz. Seorang yang relatif moderat, ia memiliki peluang besar untuk menang jika jumlah pemilih sangat rendah.

Pezeshkian bisa saja memenangkan suara dari banyak pemilih yang enggan memilih, yang mungkin melihat bahwa suara yang dia berikan adalah suara yang menentang kelompok garis keras. Ia juga berasal dari etnis Azeri, dan diperkirakan mendapat suara terbanyak di timur laut Iran, yang sebagian besar penduduknya adalah suku Azeri yang berbahasa Turki.

Membiarkannya ikut serta mungkin merupakan sebuah taktik untuk meningkatkan jumlah pemilih yang secara historis mungkin rendah.

Dua nama besar yang ditolak untuk mencalonkan diri adalah mantan presiden garis keras, Mahmoud Ahmadinejad, dan Ali Larijani, tiga kali menjadi ketua parlemen yang berasal dari latar belakang agama yang sangat konservatif.

Penolakan mereka menunjukkan betapa sempitnya pilihan dalam pemilu di mana para pemilih tidak punya banyak pilihan selain memilih di antara segelintir tokoh garis keras yang menurut pemimpin tertinggi bisa diajak bekerja sama.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement