Dengan menggunakan data yang dikumpulkan sebelum dan sesudah badai, para peneliti menguji kekuatan dan jumlah ikatan sosial di antara kera.
Entah itu makanan atau tempat berteduh, kera tidak dikenal pandai berbagi sumber daya.
Karena meningkatnya toleransi, semakin banyak kera yang dapat mengakses tempat berteduh yang langka, yang sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka.
“Masih ada persaingan dalam kelompok seperti sebelumnya, namun aturan mainnya telah berubah sejak saat itu. Apa yang tampaknya penting adalah risiko kehilangan tempat tinggal, cuaca panas, stres, dan akses terhadap tempat berteduh,” ujar Profesor Lauren Brent, dari Universitas Exeter.
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan toleransi kera berdampak pada aspek lain kehidupan sehari-hari mereka.
Kera yang berbagi tempat berteduh juga menghabiskan waktu bersama di pagi hari, sebelum panas memaksa mereka mencari tempat berteduh. Dampaknya, badai tersebut mengubah aturan main masyarakat kera.
(Susi Susanti)